Minggu, 08 September 2013

kebocoran nuklir

Getty Images/Chung Sung Jun

Dinding es untuk atasi kebocoran nuklir

Pemerintah Jepang memutuskan membangun dinding es di dalam tanah agar radiasi nuklir tidak meluas. Harga

Atasi Krisis Fukushima, Jepang Bangun Dinding Es

Atasi Krisis Fukushima, Jepang Bangun Dinding Es
TEMPO.CO, TOKYO — Pemerintah Jepang mengumumkan akan membangun dinding es di bawah reaktor nuklir Daichii di Fukushima, kemarin. Proyek yang akan menghabiskan dana hingga 47 miliar yen atau Rp5,3 triliun dari anggaran negara itu diharapkan dapat mengatasi kebocoran air pendingin yang telah terpapar radiasi dari reaktor Fukushima selama beberapa waktu terakhir. 
Pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe itu terpaksa turun tangan karena keprihatinan dunia internasional atas krisis yang tak kunjung selesai itu. Baik Badan Atom Dunia maupun negara-negara tetangga menilai operator reaktor Fukushima, Tokyo Electric Power (TEPCO), serampangan dalam mengatasi krisis yang mengancam lingkungan tersebut.
"Dunia menunggu apakah kita sanggup mengatasi masalah kebocoran air terkontaminasi radiasi sekaligus mencegah bencana nuklir yang lebih besar,” kata Abe dalam pertemuan dengan tim tanggap bencana nuklir Jepang.
Adapun Menteri Ekonomi Jepang, Akira Amari, menyatakan darimana asal anggaran untuk membiayai proyek ini akan dipikirkan selanjutnya. "Ini sudah menyangkut keamanan publik, sehingga negara harus bertindak secepat mungkin,” Amari menambahkan.
Dinding es akan membekukan tanah di bawah reaktor hingga kedalaman 30 meter. Cairan pendingin dengan suhu minus 40 derajat Celsius akan dimasukkan ke dalam tanah melalui pipa tipis. Pemerintah dan ilmuwan Jepang berharap dinding es itu akan menghentikan air terkontaminasi radiasi merembes keluar instalasi.
Proyek ini juga diharapkan akan menghalangi masuknya air tanah dari pegunungan ke dalam tangki-tangki penyimpanan air terkontaminasi radiasi. Meski begitu, dunia internasional harus menunggu hingga dua tahun mendatang, tepatnya Maret 2015 sebelum proyek ini rampung.
Krisis nuklir di reaktor Daichii Fukushima terjadi sejak gempa bumi sebesar 9 Skala Richter dan tsunami menghancurkan tiga dari beberapa sistem pendingin reaktor pada Maret 2011. Untuk mengatasi hal ini, TEPCO sebagai operator reaktor menggunakan air laut sebagai pendingin reaktor. Air yang kemudian terkontaminasi radiasi itu lantas disimpan dalam seribu yang dibuat dengan tergesa-gesa.
Ternyata TEPCO mengakui bahwa setiap hari sebanyak 300 ton air terkontaminasi merembes dari tangki menuju Lautan Pasifik. Bulan lalu badan pengawas nuklir Jepang menaikkan kebocoran air radiasi dari level terendah ke level tiga skala internasional kejadian nuklir (INES).

Tidak ada komentar: