Rabu, 23 April 2014

Dahsyatnya Lulusan D3 Farmasi Putra Indonesia Malang

Taman Selecta, Batu, Malang, 2013
Benar. Kuliah di farmasi itu sangat menyita energi. Apalagi bila tak ada cinta yang menyertai. Pasti dan pasti akan terbengkalai. Akan tetapi, dibalik semua cerita pahit itu, suatu saat pasti akan berbuah manis. Semua jerih payah itu, akan terbayar dengan lunas. Semua pengorbanan itu, akan menuai hasilnya. Nanti saat waktunya telah tiba.
Lulusan farmasi dengan keterampilan hard soft skill yang memadai. Tak perlu pusing Masalah karier. Bulan ini saja saja saya yang lulusan D3 Farmasi tahun kemarin sudah mendapat tawaran open recrutment dari tiga perusahaan sekaligus, diantaranya PT Zensie Indonesia sebagai Quality Control Staff, PT Pertiwi Agung dan PT Meiji sebagai Quality Control Staff, dan PT Pertiwi Lakson Farma.
Semua itu belum termasuk yang tertempel di papan pegumuman khusus lowongan kerja di kampus. Ironisnya lagi tawaran open recruetment itu selalu saja ada dan datang hampir di tiap bulan. Kalau saja saya tidak sedang menempuh studi lanjut S1. Sudah pasti akan saya ambil salah satu terbaik dari berbagai tawaran open recruetment tadi.
Sebenarnya lulusan D3 itu lebih dibutuhkan di dunia kerja daripada lulusan S1. Lalu mengapa saya memilih lanjut S1 kalau peluang kerja D3 itu lebih menjajnjikan? Simpel sebenarnya jawabannya, selagi saya muda dan selagi ada yang membiayai mengapa tidak? Walau memang sebenarnya di dunia kerja lebih menjanjikan lulusan farmasi dari D3 daripada S1. Tapi, kalau bisa sampai ke Profesinya. Itu juga akan sama menjanjikannya seperti halnya lulusan diploma tiga tadi.
Keunggulan D3 adalah hard soft skill nya sudah pasti teruji karena memang kurikulumnya dipersiapkan untuk itu. Beda lagi lulusan S1 yang hanya sebatas pendalaman materi dan sedikit praktik. Sebanarnya S1 itu tanggung kalau tidak dilanjutkan ke jenjang profesi Apoteker. Masalahnya dari S1 ke Apoteker itu jelas butuh biaya yang tidak sedikit.
Perkiraan praktisnya, jika untuk saat ini biaya persemester untuk jenjang D3 berada pada kisaran Rp 4.500.000.- untuk S1 bisa dua hingga tiga kali lipat dari itu. Sementara untuk profesi Apotekernya bisa lebih mahal lagi, kisaran lima sampai sepuluh kalilipat dari biaya persemester di jenjang D3. Tergantung akreditasi kampusnya. Wooww bukan.??
Begini saran saya, kalau memang cita – citanya menjadi seorang Apoteker akan lebih cepat kalau langsung masuk S1. Tapi, kalau keadaan seperti tidak memungkinkan sebaiknya masuk D3 saja. Sebab lulusan D3 jauh lebih menjanjikan di dunia kerja dari pada S1. Lulusan Apoteker juga memang menjanjikan, tapi itu terlalu mahal dan butuh waktu yang memang sedikit lebih lama.
“Kembali ke minat dan kemauan masing masing...!!”
Sukses itu tidak bergantung pada titel, tapi bergantung pada seberapa banyaknya manfaat yang telah berhasil seorang lakukan dan itu berdampak pada lingkungan sekitarnya. Itu saja. Simple sebenarnya. Ingat..!! Sukses di kehidupan..!! Bukan hanya sekedar sukses di bangku sekolahan dan bangku perkuliahan.
Sukses di kehidupan berarti sukses di dunia kerja. Sukses di dunia karier!!
Sekarang pertanyaannya, apa yang dibutuhkan di dunia kerja?? Nilai?? Iya nilai memang ikut ambil andil. Tapi itu hanya berpengaruh pada proses seleksi saat di meja adminitrasi. Selanjutnya nilai tidak lagi diperlukan. Misalnya saat proses interview, di sini yang paling menentukan tentu adalah kemampuan menjalin komunikasi, kemampuan berinisiatif, tingkat integritas, pasion, lalu kemudian visi dan misi.
Selama kuliah sah - sah saja mengejar nilai, tapi tetap utamakan pada prosesnya. Sebab proseslah yang akan mengasah hard soft skill menjadi lebih mumpuni. Dengan kemampuan hard soft skill yang di atas rata – rata. Percaya seseorang bisa lebih sukses baik di perusahaan ataupun mandiri swasta. Nilai buruk hanya akan menyulitkan di awal. Tapi hard soft skill yang buruk tak hanya akan menyulitkan di awal tapi juga akan menyulikan hingga di akhir karier kehidupan. (Ali Ridwan, 01/01/14)

Tidak ada komentar: