Taman Selecta, Batu, Malang, 2013 |
Benar. Kuliah di farmasi itu sangat
menyita energi. Apalagi bila tak ada cinta yang menyertai. Pasti dan pasti akan
terbengkalai. Akan tetapi, dibalik semua cerita pahit itu, suatu saat pasti akan
berbuah manis. Semua jerih payah itu, akan terbayar dengan lunas. Semua
pengorbanan itu, akan menuai hasilnya. Nanti saat waktunya telah tiba.
Lulusan farmasi dengan
keterampilan hard soft skill yang memadai. Tak perlu pusing Masalah karier. Bulan
ini saja saja saya yang lulusan D3 Farmasi tahun kemarin sudah mendapat tawaran
open recrutment dari tiga perusahaan sekaligus, diantaranya PT Zensie Indonesia
sebagai Quality Control Staff, PT Pertiwi Agung dan PT Meiji sebagai Quality
Control Staff, dan PT Pertiwi Lakson Farma.
Semua itu belum
termasuk yang tertempel di papan pegumuman khusus lowongan kerja di kampus.
Ironisnya lagi tawaran open recruetment itu selalu saja ada dan datang hampir
di tiap bulan. Kalau saja saya tidak sedang menempuh studi lanjut S1. Sudah
pasti akan saya ambil salah satu terbaik dari berbagai tawaran open recruetment
tadi.
Sebenarnya lulusan D3
itu lebih dibutuhkan di dunia kerja daripada lulusan S1. Lalu mengapa saya
memilih lanjut S1 kalau peluang kerja D3 itu lebih menjajnjikan? Simpel
sebenarnya jawabannya, selagi saya muda dan selagi ada yang membiayai mengapa
tidak? Walau memang sebenarnya di dunia kerja lebih menjanjikan lulusan farmasi
dari D3 daripada S1. Tapi, kalau bisa sampai ke Profesinya. Itu juga akan sama
menjanjikannya seperti halnya lulusan diploma tiga tadi.
Keunggulan D3 adalah
hard soft skill nya sudah pasti teruji karena memang kurikulumnya dipersiapkan
untuk itu. Beda lagi lulusan S1 yang hanya sebatas pendalaman materi dan
sedikit praktik. Sebanarnya S1 itu tanggung kalau tidak dilanjutkan ke jenjang
profesi Apoteker. Masalahnya dari S1 ke Apoteker itu jelas butuh biaya yang
tidak sedikit.
Perkiraan praktisnya,
jika untuk saat ini biaya persemester untuk jenjang D3 berada pada kisaran Rp
4.500.000.- untuk S1 bisa dua hingga tiga kali lipat dari itu. Sementara untuk
profesi Apotekernya bisa lebih mahal lagi, kisaran lima sampai sepuluh
kalilipat dari biaya persemester di jenjang D3. Tergantung akreditasi
kampusnya. Wooww bukan.??
Begini saran saya,
kalau memang cita – citanya menjadi seorang Apoteker akan lebih cepat kalau
langsung masuk S1. Tapi, kalau keadaan seperti tidak memungkinkan sebaiknya
masuk D3 saja. Sebab lulusan D3 jauh lebih menjanjikan di dunia kerja dari pada
S1. Lulusan Apoteker juga memang menjanjikan, tapi itu terlalu mahal dan butuh
waktu yang memang sedikit lebih lama.
“Kembali ke minat dan
kemauan masing masing...!!”
Sukses itu tidak
bergantung pada titel, tapi bergantung pada seberapa banyaknya manfaat yang
telah berhasil seorang lakukan dan itu berdampak pada lingkungan sekitarnya.
Itu saja. Simple sebenarnya. Ingat..!! Sukses di kehidupan..!! Bukan hanya
sekedar sukses di bangku sekolahan dan bangku perkuliahan.
Sukses di kehidupan
berarti sukses di dunia kerja. Sukses di dunia karier!!
Sekarang pertanyaannya,
apa yang dibutuhkan di dunia kerja?? Nilai?? Iya nilai memang ikut ambil andil.
Tapi itu hanya berpengaruh pada proses seleksi saat di meja adminitrasi.
Selanjutnya nilai tidak lagi diperlukan. Misalnya saat proses interview, di
sini yang paling menentukan tentu adalah kemampuan menjalin komunikasi, kemampuan
berinisiatif, tingkat integritas, pasion, lalu kemudian visi dan misi.
Selama kuliah sah - sah
saja mengejar nilai, tapi tetap utamakan pada prosesnya. Sebab proseslah yang
akan mengasah hard soft skill menjadi lebih mumpuni. Dengan kemampuan hard soft
skill yang di atas rata – rata. Percaya seseorang bisa lebih sukses baik di
perusahaan ataupun mandiri swasta. Nilai buruk hanya akan menyulitkan di awal.
Tapi hard soft skill yang buruk tak hanya akan menyulitkan di awal tapi juga
akan menyulikan hingga di akhir karier kehidupan. (Ali Ridwan, 01/01/14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar