Jumat, 20 Februari 2015

Badrodin Calon Baru Kapolri,, visi misi,.... profil: anak kyai yang suka mandi di kali, alumnus terbaik Akpol 1982

Profil Calon Kapolri: Badrodin Haiti Anak Keempat dari 10 Bersaudara

Jumat, 20 Februari 2015 01:13 WITA

Profil Calon Kapolri: Badrodin Haiti Anak Keempat dari 10 Bersaudara
TRIBUNNEWS.COM/ANDRI MALAU
Mantan Kapolri Jenderal Pol Sutarman didampingi Wakil Kapolri Komjen Pol Badrodin Haiti, sebagai Pelaksana Tugas Kapolri, memberikan keterangan pers usai bertemu Presiden Jokowi yang mengumumkan mengeluarkan dua Keppres tentang Kapolri, di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (16/1/2015) malam.
TRIBUNKALTIM.CO - Inilah sosok calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) baru pengganti Komisaris Jenderal Pol Budi Gunawan, yang batal dilantik Presiden Jokowi. Dia adalah Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Badrodin Haiti, yang masa kecilnya dihabiskan di pondok pesantren. Badrodin merupakan anak keempat dari 10 bersaudara.
Laki-laki kelahiran Jember, Jawa Timur, 24 Juli 1958 putra seorang ulama, yakni Kiai Haji Achmad Haiti. Perkawinan Achmad Haiti dengan Siti Aminah, dikarunia sepuluh putra-putri. dua di antaranya meninggal sebelum usia dewasa. Kedelapan putra-putri Kiai Achmad Haiti antara lain, Siti Thalimayah, anak pertama kini bermukim di Blitar.
Kemudian disusul Lukman, seorang guru pegawai negeri sipil yang tinggal di Paleran, Jember. Selanjutnya, Muhaimin berdiam di Blitar-Jawa Timur, dan Komjen (Pol) Badrodin Haiti yang kini menjabat Wakapolri adalah putra keempat. Nahrowi (PNS-Guru, Jember), Jamrozi (karyawan bank, Jakarta), Siti Humaidah (pengusaha, Jember) dan Siti Mudrikah (wiraswasta, Jakarta).
Nama Komjen Badrodin Haiti telah diumumkan Presiden Joko Widodo sebagai sosok pengganti Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal kepala Polri. Nama Badrodin bakal secepatnya diserahkan untuk disetujui DPR RI.
Suami dari Tejaningsih Haiti dan ayah dari dua anak, yakni Farouk A Haiti dan Fahri S Haiti dikenal dikenal berprestasi saat masih menempuh jenjang pendidikan kepolisian. Ia memperoleh ranking I ketika menempuh pendidikan di Akpol atau Adhi Makayasa (1982), Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian atau Adhi Wira (1987), dan Lemhanas atau Wibawa Seroja Nugraha (2003).
Selama menjabat sebagai kepala polda, Badrodin Haiti kerap meraih prestasi. Ketika bertugas sebagai Kapolda Jawa Timur, misalnya, Badrodin meraih ISO 9001 serta penghargaan Museum Rekor Indonesia atas tercapainya persyaratan transparansi dan ketepatan waktu dalam pelayanan surat-surat kendaraan.
Selain itu, Badrodin juga berhasil mengungkap sindikat penipuan pengangkatan calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Surabaya. Sebanyak 15 orang menjadi tersangka dalam kasus yang menghebohkan tersebut.Rabu, 18/02/2015 15:55 WIB

Ini Visi Komjen Badrodin Haiti Pimpin Polri: Tertibkan Pelanggar di Internal

Andri Haryanto - detikNews
Ini Visi Komjen Badrodin Haiti Pimpin Polri: Tertibkan Pelanggar di Internal
Badrodin Calon Baru Kapolri
Jakarta - Komjen Badrodin Haiti resmi ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Kapolri, menggantikan Kapolri terpilih sebelumnya, Komjen Budi Gunawan. Berikut visi singkat perwira tinggi yang meraih Adhimakayasa tahun 1982 tersebut.

"Yang akan menjadi prioritas pembenahan adalah operasional dan profesiolitas anggota Polri," kata Badrodin saat berbincang dengan detikcom, Rabu (18/2/2015).

Dalam perbicangan singkat melalui sambungan telepon, Badrodin lebih menekankan kepada aspek profesionalitas anggota. Dia melihat komplain-komplain dari masyarakat adalah diduga dari personel-personel yang tidak mumpuni dalam menjalankan tugasnya.

"Ada penertiban di internal terhadap pelanggar-pelanggar di internal," ujarnya.

KH Achmad Haiti Dilarang Khutbah karena Tanpa Bahasa Arab

Jumat, 20 Februari 2015 01:49 WITA

KH Achmad Haiti Dilarang Khutbah karena Tanpa Bahasa Arab
TRIBUNNEWS.COM/ANDRI MALAU
Mantan Kapolri Jenderal Pol Sutarman didampingi Wakil Kapolri Komjen Pol Badrodin Haiti, sebagai Pelaksana Tugas Kapolri, memberikan keterangan pers usai bertemu Presiden Jokowi yang mengumumkan mengeluarkan dua Keppres tentang Kapolri, di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (16/1/2015) malam.

TRIBUNKALTIM.CO - Orientasi keagamaan Kiai Achmad Haiti berubah sedikit demi sedikit setelah ia aktif dalam Partai Masyumi. Kekagumannya pada sosok Muhammad Natsir- pahlawan Indonesia asal Solok, Sumatera Barat -- membuat Kiai Haiti mengkaji ulang pemahamannya terhadap kitab-kitab klasik yang lama dipelajarinya dan membandingkan dengan isi kandungan al Qur'an.
Ia kemudian memberanikan diri mengubah kebiasaannya saat membacakan khutbah Jumat di masjid. Kalau biasanya khutbah membawa tongkat, saat itu, ia mencoba tidak memakai tongkat.
"Bahkan, beliau juga tidak membaca teks khutbah berbahasa Arab, yang biasa dibaca oleh para khotib saat naik mimbar," tutur Lukman kepada sangpencerah.com.
Cara berkhutbah Kiai Haiti yang di luar kebiasaan itu, mendapat reaksi keras jamaah Jumat yang memenuhi masjid.
"Sejak saat itu, beliau tidak lagi diperkenankan menjadi khotib Jumat. Meski masih tetap shalat di masjid tersebut, bapak lebih memilih menjadi makmum dan meninggalkan kebiasaannya sebagai imam shalat, karena jamaah sudah tidak menghendaki beliau menjadi imam," katanya. (BACA: Untuk Menyambung Hidup Ayah Rela Bekerja Buruh Petik Kelapa)
Kewibawaan Achmad Haiti sebagai Kiai Masjid, dengan sendirinya memudar. Kiai Achmad Haiti sabar dan lapang dada, menanggalkan setumpuk gelar dan kehormatan yang sebelumnya disematkan kepadanya.
Menurut Lukman, pada puncaknya Kiai Achmad Haiti, kembali pindah tempat tinggal, karena sudah tidak nyaman berada di lingkungan masyarakat yang berbalik memusuhinya. (BACA: Badrodin Gowes Sepeda Onthel Sejauh 16 Km saat Sekolah)
Di tempat yang baru, di Dusun Krajan Kulon, Karang Genteng, Kiai Achmad Haiti tidak surut untuk tetap berdakwah. Justru di tempat baru ini, ia semakin terang-terangan menyebut dirinya anggota Persyarikatan Muhammadiyah.
Pertama kalinya, pada 1971, ia merintis pelaksanaan Sholat Idul Fitri di lapangan desa setempat. "Saat pertama kali diadakan, jamaah sholat Idul Fitri hanya 12 orang, terutama dari keluarga sendiri dan beliau yang menjadi imam sekaligus khotibnya," jelasnya.
Dari sinilah cikal bakal Muhammadiyah di Paleran berdiri. Setelah cukup lama menjadi ranting Muhammadiyah Kecamatan Bangsalsari, pada tahun 2000 lalu, Paleran yang hanya sebuah desa, bisa berdiri Cabang Muhammadiyah, hingga menjadi PCM diantara 22 PCM lainnya di kabupaten Jember. Semoga beliau khusnul khotimah. Amin. (*)

Badrodin Haiti Muda, Calon Kapolri yang Suka Mandi Nyemplung ke Kali

Jumat, 20 Februari 2015 02:07 WITA

Badrodin Haiti Muda, Calon Kapolri yang Suka Mandi Nyemplung ke Kali
SURYA.CO.ID/IMAM TAUFIQ
Siti Thalimayah (kanan), kakak kandung Calon Kapolri Komjen Badrodin Haiti, tinggal di Blitar, Jawa Timur.
sejak kecil dikenal sebagai pribadi yang rajin membantu orang tua.
Siti Thalimayah (60 tahun),  kakak sulung Badrodin, ia selalu ingat masa kecil Bad, sapaan Badrodin. Ia pandai menangkap ikan di sungai yang terletak di depan rumahnya, di Dusun Krajan, Desa Paleran, Kecamatan Umbulsari, Jember.
"Kami itu dulu, kalau mandi ya nyemplung kali. Namun, Bad, setiap naik dari kali, selalu mendapatkan ikan. Itu hanya ditangkap dengan tangannya. Selanjutnya, ikan-ikan itu dibakar buat adik-adiknya," tutur Siti kepada Surya, grup TribunKaltim.co saat ditemui di kediamannya di Jalan Gajah Mada, Gang Sriti Lingkungan Madesan, Blitar, Jawa Timur, Kamis (19/2/2015).
Di mata Siti, adiknya, alumnus terbaik Akpol 1982 itu sejak kecil dikenal rajin membantu orangtua. Misalnya, sepulang sekolah, ia tak langsung bermain, melainkan ke kebun, membantu ibunya. Saat itu, ia masih duduk di bangku SD.
Baru setelah ashar, ia dan para saudaranya wajib mengaji sampai malam. "Bad itu pinter mengaji, apalagi tajwid-nya sangat mahir," ujarnya.
Badrodin ketika menginjak kelas 6 SD, ikut Siti di Blitar. Siti sendiri mengikuti suaminya yang bekerja di perkebunan. Saat itu dirinya tinggal di kantor PTPN, Jl Urip Sumoharjo, Kecamatan Wlingi, yang sekarang dipakai kantor cabang bank BCA.
"Bad, sekolah kelas 6, di SDN Babadan 01 Wlingi. Kemudian, lulus SDN kembali ke Jember. Saya lupa tahunnya. Yang jelas, saat itu masih jarang orang punya radio, apalagi TV," paparnya.

Tidak ada komentar: