Minggu, 01 Maret 2015

Ahok Bongkar Korupsi APBD DKI, Ahok Ngadu ke Jokowi , Ini Komentar Jokowi"Damai", .... Penjara Luas

Mengapa Ahok Ngadu ke Jokowi Saat Dibelit 2 Masalah Besar

Mengapa Ahok Ngadu ke Jokowi Saat Dibelit 2 Masalah Besar
Wakil Presiden, Jusuf Kalla (kiri), bersama Gubernur DKI, Ahok, mengantar Jokowi di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, 12 Desember 2014. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jakarta - Kedekatan Presiden Jokowi dan Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama hingga saat ini berjalan langgeng. Mereka pernah menjadi pasangan gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta.

Sejarah politik membuat Jokowi harus meninggalkan Ahok di Pemerintah DKI Jakarta, dan Jokowi menjadi Presiden Republik Indonesia.

Dekatnya Jokowi dengan Ahok membuat mereka kerap berjumpa untuk membahas masalah dalam masing-masing pemerintahan. Ahok suka mengadu ke Jokowi ketika masalah sedang membelitnya. Setidaknya, ada dua masalah besar yang membuat Ahok merasa perlu ngadu ke Jokowi.

Pertama, soal hak angket DPRD DKI Jakarta yang kini menyerang Ahok. Dan sebelumnya, Ahok mengadu ke Jokowi ketika banjir menggenangi Jakarta.Ketika dibelit hak angket saat ini, Ahok mengatakan bahwa Joko Widodo sempat bertanya soal mekanisme hak angket. "Beliau cuma tanya, kalau angket itu gimana. Kalau angket saya salah, lapor ke MA, ya saya dipecat, Pak," ujar Ahok di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat, 27 Februari 2015.

Ahok memberi tahu Jokowi bahwa presidenlah yang harus mengeluarkan surat keputusan pemecatan dirinya. Jokowi, kata Ahok, sempat bertanya apakah dirinya bisa menolak putusan tersebut. "Ya enggak bisa Pak, paling tahun depan saya dipecatnya," ujar Ahok.

Sebelumnya, ketika banjir menghantam Jakarta, Ahok juga mengadu ke Jokowi. Ahok menyambangi Istana Kepresidenan, Selasa pagi, 10 Februari 2015. Ahok datang untuk melaporkan penyebab banjir yang melanda sejumlah wilayah Jakarta.

Tak terkecuali kawasan Istana Negara. "Saya sampaikan ke Bapak Presiden Jokowi kenapa kemarin Istana bisa banjir," kata Ahok saat ditemui di Istana Kepresidenan, Selasa, 10 Februari 2015. Ahok mengaku sudah menduga Istana akan tergenang ketika melihat air di sekitar rumahnya sekitar Pluit cukup tinggi. "Semestinya sudah tidak begini, karena sudah kami tinggikan," ujarnya.

Menurut Ahok, sejumlah wilayah Jakarta kemarin dilanda banjir karena ada pemadaman listrik yang menyebabkan beberapa pompa penyedot air, di Waduk Pluit misalnya, tak bisa bekerja dengan maksimal. "Presiden Jokowi bingung juga karena, belajar dari pengalaman dua tahun lalu, sekarang mestinya tak banjir," ujarnya.

TIKA PRIMANDARI | AYU PRIMA
Relawan Jokowi Dukung Ahok Bongkar Korupsi APBD DKI
Kompas.com/SABRINA ASRIL
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
Minggu, 1 Maret 2015 | 12:25 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Ormas Pro Jokowi (Projo) mendukung langkah Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama alias Ahok yang melaporkan dugaan korupsi APBD DKI Jakarta ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Rakyat sudah bosan dengan perilaku korup elite politik. Kepada partai pendukung Jokowi, Projo mengimbau secara serius agar mengamankan program Nawacita, khususnya program pemberantasan korupsi. Rakyat sudah cerdas dan merindukan perubahan," kata Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi dalam siaran pers, Minggu (1/3/2015), seperti dikutip Antara.
Pihaknya menyayangkan bila dugaan penyimpangan ini benar-benar terbukti.
"Jangan main-main dengan uang rakyat. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DKI Jakarta itu kan sebagian besar berasal dari pajak rakyat, baik direct tax maupun indirect tax. Oleh karena itu, sebaiknya digunakan secara efektif dan efisien untuk kesejahteraan rakyat," ujarnya.
Menurut dia, Jakarta sebagai Ibu Kota NKRI harus menjadi contoh bagi daerah lain dalam hal pengelolaan keuangan daerah.
"E-budgeting dan transparansi mutlak dibutuhkan. Apa yang sudah dilakukan dan dipelopori pada era Gubernur Jakarta Jokowi jangan dibonsai," katanya.
Dugaan penyimpangan APBD DKI sudah dilaporkan Ahok kepada KPK. Kini, KPK tengah melakukan telaah dan akan dilanjutkan ke penyelidikan jika ditemukan adanya indikasi tindak pidana korupsi. (baca: KPK Telaah Laporan Ahok)
Ahok mempermasalahkan APBD DKI 2015 yang, menurut dia, ada penyimpangan. Ahok menyebutkan, ada anggota DPRD yang memotong 10-15 persen anggaran pada program unggulan dalam Rancangan APBD 2015, lalu dialokasikan untuk program-program bernilai total Rp 12,1 triliun yang, menurut dia, tak penting. (baca: Satu Perusahaan Pemenang Tender UPS Ternyata Toko Fotokopi)
Anggaran sebesar Rp12,1 triliun itu disebut-sebut sebagai "dana siluman" yang antara lain untuk membeli UPS di tiap kelurahan di Jakarta Barat. (baca: DPRD Juga Usulkan 56 Kelurahan di Jakbar Dapat UPS Seharga Rp 4,2 Miliar)
Basuki pun tidak setuju dengan hal itu sehingga mengirimkan konsep APBD versi pemda ke Kemdagri.
DPRD yang tidak terima APBD yang dikirim ke Kemdagri bukan hasil pembahasan, akhirnya menggunakan hak angketnya pada hari Kamis (26/2). Seluruh anggota DPRD DKI Jakarta secara resmi mengajukan hak angket kepada Basuki.
Ahok sendiri menekankan e-budgeting bisa diajukan tanpa tanda tangan DPRD Provinsi DKI Jakarta. Ahok juga menyatakan sengaja tidak meminta persetujuan dana APBD ke DPRD DKI Jakarta agar "dana siluman" pengadaan alat UPS senilai Rp12,1 triliun yang telah dicoretnya tidak muncul lagi.
Editor: Sandro Gatra, Sumber: Antara

Tidak ada komentar: