Sabtu, 21 Maret 2015

Jokowi Pulangi Kampung !? Situasi Indonesia Makin Parah"?


"Pokoknya Jokowi-JK Harus Turun, Situasi Indonesia Makin Parah"

Senin, 6 April 2015 | 16:58 WIB
KOMPAS.com /Hendra Cipto Ratusan mahasiswa menyandra mobil tangki dan memblokade jalan depan gedung DPRD Makassar Jl AP Pettarani, Senin (6/4/2015) siang.
MAKASSAR, KOMPAS.com — Ratusan mahasiswa yang melakukan aksi di depan Gedung DPRD Makassar menuntut Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla turun karena dianggap tidak mampu menyelesaikan masalah di Indonesia.

Mahasiswa Makassar juga menilai, kepemimpinan Jokowi dan JK malah memperparah keadaan di Indonesia yang menyengsarakan rakyat.

"Pokoknya, Jokowi-JK harus turun. Situasi Indonesia makin parah. Mereka tidak mampu menyelesaikan permasalahan di Indonesia. Rupiah makin lemah, BBM naik, hukum makin tidak jelas, koruptor dilindungi, dan masih banyak lagi," kata Dian Mahadipa, koordinator aksi, saat menyampaikan aspirasinya di atas mobil truk yang dibajak.

Adapun kelompok mahasiswa yang menggelar aksi ini terdiri dari Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) dan kelompok Cipayung Plus yang terdiri dari beberapa organisasi mahasiswa. Aksi mahasiswa ini mengganggu arus lalu lintas di Jalan AP Pettarani yang merupakan jalur trans-Sulawesi Selatan.

Mahasiswa memblokade Jalan AP Pettarani dengan memarkir mobil truk tronton dan mobil tangki BBM yang dibajak di depan Gedung DPRD Makassar. Selain itu, mahasiswa juga membakar ban bekas di beberapa titik di sekitar lokasi aksi. Aparat kepolisian juga sibuk mengatur arus lalu lintas dan mengalihkannya ke jalur alternatif.

Sementara itu, pendemo dari kelompok Cipayung Plus yang berada di halaman Gedung DPRD Makassar terus menyampaikan aspirasinya dan menuntut Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk turun.

Penulis: Kontributor Makassar, Hendra Cipto
Editor : Caroline Damanik
Sabtu, 04/04/2015 15:02 WIB

Jokowi Kunjungi Pesantren di Kampung Halamannya

Muchus Budi R. - detikNews
Jokowi Kunjungi Pesantren di Kampung Halamannya
Jakarta - Jokowi menghabiskan long weekend di kampung halamannya, Solo. Hari ini mantan wali kota Solo itu mengunjungi dua pesantren di Solo.

Tidak ada agenda penting dari kunjungan itu. Tuan rumah hanya menyebut pertemuan itu sebagai kangen-kangenan kenalan lama.

Jokowi, Sabtu (4/4/2015‎,) siang berkunjung ke Pesantren Al-Qur'aniyy Azzayadiyy di Kabangan, Solo. Kedatangan Jokowi langsung disambut pengasuh pesantren, KH Abdul Karim Ahmad Al-Hafidz, beserta seluruh santri dan keluarga besar pesantren.

Setelah sekitar 30 menit melakukan pertemuan di dalam ruang tengah pesantren, Jokowi beserta para pengawal meninggalkan Al-Qur'aniyy. Selanjutnya Jokowi menuju ke Pesantren Al-Muayyad di Mangkuyudan, Solo, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari tempat kunjungan pertama. Pesantren ini diasuh oleh KH Abdul Rozaq Shofawi, sahabat karib Gus Dur.

"Tidak ada pembicaraan penting, hanya silaturahmi saja. Kenalan lama yang sudah lama tidak bertemu, karena padatnya kesibukan‎ beliau. Sejak beliau dilantik sebagai presiden ya baru sempat kali ini. Jadi ya istilahnya kangen-kangenan saja. Beliau bilang kangen dengan candaan saya," ujar Abdul Karim.

"Kembalikan Jokowi ke Solo"

Selasa, 24 Maret 2015 | 13:59 WIB
kompas.com/Firmansyah Mahasiswa Universitas Bengkulu menggelar aksi unjuk rasa
BENGKULU, KOMPAS.com - Ratusan mahasiswa Universitas Bengkulu yang tergabung dalam "Koalisi Biru Melawan" menggelar aksi unjuk rasa yang berisikan protes terhadap kepemimpinan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla, Selasa (24/3/2015).

Aksi yang digelar di Simpang Lima, Kota Bengkulu itu berjalan tertib, beberapa mahasiswa tampak membawa replika jenazah yang dibalut kain berwarna biru dan diberi topeng Presiden Joko Widodo. Replika jenazah itu, menurut mahasiswa, merupakan bentuk kematian kinerja Presiden Joko Widodo.

Selain itu, para mahasiswa juga membawa beberapa spanduk berisikan kekecewaan terhadap kinerja presiden, seperti kenaikan harga BBM, melemahnya rupiah, serta protes terhadap tingginya intervensi asing di Indonesia. Spanduk dan poster itu antara lain berisikan tulisan 'Kembalikan Jokowi ke Solo' dan 'Jokowi-JK Janji Busuk'.

"Ini merupakan peringatan pertama dari mahasiswa, bila terhitung tanggal 20 Mei mendatang tak ada perubahan kondisi bangsa di bidang hukum, politik, ekonomi ke arah perbaikan maka mahasiswa secara nasional akan menggelar aksi lebih besar," kata Dedi Lubis, koordinator aksi.

Mahasiswa menilai, saat ini, kondisi bangsa dalam keadaan tak kondusif, terlebih dengan gaya pembiaran presiden membiarkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dilemahkan dan tak bernyali lagi mengungkap persoalan korupsi. Para mahasiswa menggelar orasi secara bergantian setelah itu mereka membubarkan diri secara tertib.


Penulis: Kontributor Bengkulu, Firmansyah
Editor : Caroline Damanik

Mahasiswa Gelar Aksi "Siap Antar Pulang Jokowi ke Solo"

Jumat, 20 Maret 2015 | 14:06 WIB

SOLO, KOMPAS.com - Ratusan mahasiswa dari Univseritas Sebelas Maret Surakarta (UNS) memblokade jalan Jalan Ir. Sutami, Solo, Jawa Tengah, Jumat (20/3/2015). Demo ini sebagai bentuk desakan kepada Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla mundur.

Aksi ini membuat repot petugas kepolisian. Dengan setengah badan jalan tertutup membuat arus lalu lintas merayap bahkan macet di perlintasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dengan bertajuk "Indonesia Darurat dan Antar Pulang Jokowi ke Solo" tersebut dipicu naiknya harga kebutuhan pokok dan mandeknya pengusutan kasus korupsi.

Spanduk berukuran besar bertuliskan "Indonesia Darurat Antar Pulang Pak Jokowi ke Solo" menjadi perhatian utama para warga yang juga turut menyaksikan aksi tersebut.

Orasi berisikan desakan Pemerintah untuk segera menurunkan harga pokok seperti beras, dilantangkan peserta aksi. Selain itu, peserta aksi mengritik kelemahan Pemerintah dalam menegakan keadilan dalam kasus korupsi.

"Seharusnya Pemerintah tidak pandang bulu dalam menegakan keadilan terhadap para koruptor. Jokowi harus tegas karena korupsi sudah menyengsarakan rakyat," kata salah satu peserta aksi dalam orasinya.

Mahasiswa juga mengritik budaya politik pencitraan yang dianggap sering dilakukan oleh Jokowi. "Kita desak Jokowi untuk lebih kerja nyata dan jangan ada lagi pencitraan dan terpengaruh pada kepentingan politik. Jangan tinggalkan rakyat kecil," kata Eko Pujianto, koordinator aksi. 


Penulis: Kontributor Surakarta, M Wismabrata
Editor : Glori K. Wadrianto

Tidak ada komentar: