Minggu, 25 Desember 2016 | 06:55 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pada Jumat (23/12/2016), Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono meninjau rumah pompa Waduk Pluit Timur serta pembangunan tanggul laut atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) tipe A.
Peninjauan dilakukan sebagai persiapan menghadapi musim hujan Januari 2017. Dengan ditemani Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) T Iskandar dan Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan, Sumarsono terlihat mendengarkan berbagai penjelasan mengenai program penanggulangan banjir.
Saat berada di tanggul laut, Sumarsono meyakini Ibu Kota tak akan lagi terendam banjir.
"Sehingga Januari-Februari (saat musim penghujan) enggak banjir hanya genangan saja, 1-2 jam (surut). Cek semuanya, berfungsi dengan baik," kata Sumarsono saat itu.
Ada tiga pihak yang mengerjakan tanggul raksasa tersebut. Yakni Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pemerintah pusat atau Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPU-Pera) serta pengembang.
Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Tata Air DKI Jakarta telah membangun tanggul sepanjang 2 kilometer pada 2016. Total investasi untuk pembangunan tanggul laut sepanjang 2 km itu mencapai Rp 100 miliar.
"Ini proyeknya panjang sekali, termasuk sukses, karena sudah selesai. Saya yakin, proyek ini (digagas) sejak zaman Pak Jokowi (mantan Gubernur DKI Jakarta). Insya Allah bisa diteruskan, proyek pengendalian banjir ada hasilnya," kata Sumarsono yang juga menjabat Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri tersebut.
(Baca: BPBD DKI: Kasus Banjir di Jakarta Berkurang)
Secara garis besar, pengerjaan tanggul raksasa ini terbagi dalam tiga tahap, yakni tipe A, B, dan C. NCICD tipe A ini merupakan proyek reklamasi pantai ditambah dengan peninggian tanggul rob di bibir pantai utara sepanjang 62 kilometer.
Adapun, 25 persen dari proyek tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta. Sementara 75 persen sisanya merupakan tanggungan privat atau pihak swasta.
Sementara itu, tipe B adalah pembangunan tembok bergambar Garuda raksasa di laut dalam. Adapun tipe C ialah pembangunan tahap besar tanggul raksasa serta pembangunan danau penyimpan dan pompa besar.
Puji Jokowi-Ahok
Pada kesempatan itu, Sumarsono memuji pemerintahan mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo serta Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Pasalnya, lanjut Sumarsono, jumlah titik banjir di Jakarta kian berkurang.
"Tahun 2015, titik banjir itu ada 486 lokasi. Kemudian Januari sampai Juni 2016 turun menjadi 185 lokasi, dan masuk bulan Juli cuma ada 80 lokasi yang tergenang banjir," kata Sumarsono.
Menurut Sumarsono, penurunan jumlah titik banjir disebabkan karena berbagai program unggulan penanggulangan banjir yang telah terealisasi dan membuahkan hasil. Mulai dari pembangunan waduk, pembersihan got dan saluran air, normalisasi sungai dan waduk dan lain-lain.
Selain itu, sudah banyak wilayah di bantaran kali yang dibebaskan sehingga warga ia sebut tidak perlu khawatir terhadap ancaman banjir.
"Sejak zaman Pak Jokowi sampai Pak Ahok telah memberikan bukti pengendalian banjir bisa menjadi genangan sekarang," ucap Sumarsono.
Bahkan, lanjut dia, kini sudah tidak ada lagi rumah yang terendam banjir selama satu hari penuh. Saat ini, saat hujan deras turun, hanya ada genangan di Jakarta.
"Di DKI enggak ada banjir yang sampai menginap sampai 24 jam. Pengertian banjir adalah genangan air sampai 24 jam, itu definisinya. Nah kalau ini genangannya sudah lewat 2-3 jam surut, ya namanya genangan," ungkap Sumarsono.
Penulis | : Kurnia Sari Aziza |
Editor | : Indra Akuntono |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar