Selasa, 20 Juni 2017

Jika Presidential Threshold 20%, Maka Prabowo Subianto Capres Abadi, Kasihan Banget Ya

Pemilihan Presiden masih nun jauh disana, masih dua tahun lagi. Namun Gerindra tampaknya sudah hopeless dan skeptis tingkat dewa bahwa Prabowo Subianto akan bisa jadi Presiden Republik Indonesia pada tahun 2019 mendatang.
Kekalahan demi kekalahan yang diderita selama ini rupanya menyisakan trauma yang mendalam, menyesakkan dada dan menggores kalbu, sehingga untuk berhadapan dengan Jokowi sebagai petahana pada pilpres 2019 mendatang bikin mereka pusing keliyengan tujuh keliling.
Sudah banyak upaya-upaya dan sepak terjang mereka selama ini demi terpenuhinya hasrat dan ambisi Prabowo Subianto untuk menjadi Presiden di Republik ini, sayangnya upaya-upaya dan sepak terjang mereka selalu berujung dengan gatot alias gagal total.
Mulai dari upaya untuk mengembalikan UUD kembali ke asalnya dimana Presdien nantinya dipilih oleh MPR seperti jaman Soeharto dulu, namun berujung dengan dipenjaranya para pelaku makar, kini mereka bermain di ranah Presidential Threshold dengan ngotot dikisaran 0% melalui Pansus RUU Pemilu.
Jika upaya akal bulus untuk mengembalikan UUD kembali ke asalnya berhasil, maka kesempatan Prabowo Subianto menjadi Presiden akan sangat besar karena bisa jadi MPR langsung memilih Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia tanpa melalui mekanisme dipilih langsung oleh rakyat lagi. Namun Tuhan Maha Tahu, IA menilik isi hati manusia yang paling dalam. Makanya gagal total.
Gagal dalam upaya mengembalikan UUD kembali ke asalnya, kini mereka utak-atik gethuk di ranah Presidential Threshold, yakni ambang batas perolehan suara minimal partai politik dalam pemilihan Presiden untuk penentuan calon Presiden.
Artinya partai politik atau koalisi partai politik harus mengantongi minimal sekian persen (sesuai kesepakatan) suara yang sah dari Aceh sampai Papua untuk mengusung calon Presiden Indonesia.
Dengan tetap dipertahankan Presidential Threshold sebesar 20% oleh Pemerintah, maka upaya Gerindra untuk membebaskan Prabowo Subianto dari kutuk capres abadi terancam gagal maning, gagal maning.
“Itulah yang kami sayangkan, kalau UU ini mundur terus karena belum ada kesepakatan Presidential Threshold itu kami sayangkan. Yang heran, kenapa pemerintah bersikeras dengan 20 persen tidak berusaha cari jalan kompromi di 10 persen, sesuai parlemen, atau sesuai usulan kami, nol persen. Harapan kami, pemerintah tidak bertahan di 20 persen,” ujar Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria.
Kasihan banget yaa. Kalau Presidential Threshold 0%, maka ramai-ramai parpol akan mencalonkan jagoan mereka masing-masing untuk menjadi calon Presiden Republik Indonesia. Partai Idaman akan mencalonkan bang Haji Rhoma Irama, partai Perindo akan mencalonkan Hary Tanoe jadi capres.
Selanjutnya dari kubu partai Bulan Bintang akan mencalonkan Yusril lhza Mahendra jadi capres dari partai mereka, dan parpol-parpol gurem lainnya. Pilpres 2019 sudah kayak permen nano-nano aja manis asam asin rame rasanya.
Lantas kenapa Gerindra ngotot agar Presidential Threshold pada pilpres 2019 harus 0% dan menolak Presidential Threshold minimal 20%? Tentu saja ada sebab musababnya.
Jika Presidential Threshold tetap di kisaran 20% seperti pada pilpres 2014 yang lalu, maka dengan kondisi saat ini dimana kepercayaan rakyat terhadap Gerindra telah rontok sampai pada titik nadir pasca perbuatan mereka terhadap Ahok, maka Gerindra akan ngos-ngosan untuk bisa meraup suara rakyat sebesar 20%.
Syukur-syukur bisa tembus 20%, lebih Puji Tuhan Alhamdulilah lagi kalau bisa tembus lebih dari 20%. Kalau Gerindra hanya dapat, katakanlah, 15% suara, maka pupus sudah harapan Prabowo Subianto untuk berlaga di kancah dunia persilatan pada pilpres 2019 mendatang.
Lho kan bisa koalisi dengan partai lain? Sabar dulu, om. Gerindra memang bisa koalisi dengan parpol lain, pertanyaannya, adakah parpol yang  mau koalisi lagi dengan Gerindra selain PKS? Itupun kalau PKS bisa tembus perolehan suara sebesar 5% pada pilpres 2019 mendatang, kalau hanya dapat 4,9% suara, apa tidak amsiong sampai kejet-kejet kelojotan sambil teriak ini pasti curang?
Kalau parpol lain sudah barang tentu berpikir seribu kali untuk koalisi dengan pihak yang sudah pasti kalah. Itu namanya bunuh diri politik. Politik itu bersifat dinamis. Tidak ada kawan yang sejati dalam politik, melainkan kepentingan yang sejati.
Kita semua tahu Koalisi Merah Putih (KMP) yang dulu begitu berjaya dan solid di pilpres 2014 yang lalu akhirnya satu per satu rontok berguguran sayonara vayas condios say god bye ke Gerindra dan berbalik mendukung pemerintahan Jokowi.
Jadi kalau Presidential Threshold 20%, maka Gerindra akan tereliminasi dan jadi partai gurem di tahun 2019. Dan mungkin sudah takdir bagi Gerindra dan PKS akan karam seperti kapal Titanic di dasar lautan Atlantik.
Nasib Gerindra dan PKS nanti akan sama seperti kisah cinta antara Jack (Leonardo DiCaprio) dan Rose (Kate Winslet) yang berakhir di lautan Atlantik yang dingin membeku sambil diiringi musik My Heart Will Go On-nya Celine Dion.
Kura-kura begitu.

Tidak ada komentar: