Senin, 09 Oktober 2017

Esemka dan Keberlangsungan Hidup Mobil Nasional Lainnya

Senin 25 September 2017, 16:13 WIB,Rangga Rahadiansyah - detikOto
Esemka dan Keberlangsungan Hidup Mobil Nasional Lainnya Esemka Rajawali di tahun 2009 (Foto: dok detikOto)
Jakarta - Indonesia sudah lama bercita-cita memiliki mobil nasional. Sejak zaman orde baru, Indonesia punya mimpi untuk membuat merek mobil sendiri.

Mobil nasional di Indonesia pun sudah mengalami jatuh-bangun. Beberapa waktu lalu sampai ada asosiassi industri otomotif yang beranggotakan produsen kendaraan roda empat asli buatan Indonesia, namanya Asosiasi Industri Automotif Nusantara (Asianusa).

Kini, mobil nasional kembali mencuat dengan keberadaan Esemka. Mobil buatan anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) itu baru-baru ini menjadi perbincangan warganet. Salah satu mobil Esemka, yaitu pikap Esemka Digdaya tertangkap kamera sedang diuji di jalan raya.

Munculnya mobil Esemka ini seakan memberikan harapan terhadap kelahiran kembali mobil nasional. Dari dulu diharapkan Indonesia memiliki mobil nasional yang benar-benar dibuat dan dikembangkan di Indonesia.

Bicara soal mobil nasional, dulu anggota Asianusa ada delapan produsen mobil nasional. Kedelapan anggota Asianusa itu adalah Tawon, Merapi, Fin Komodo, GEA, ITM, Wakaba, Borneo dan Kancil.

Sayangnya, hampir semua anggota Asianusa gugur di medan perang industri otomotif Tanah Air. Hanya satu yang masih bertahan, yaitu Fin Komodo. Itu pun Fin Komodo hanya menjajakan mobil offroad penggunaan khusus yang tidak bisa digunakan di jalan raya.

Presiden Direktur PT Fin Komodo Teknologi, Ibnu Susilo--yang juga sebagai Ketua Umum Asianusa--beberapa waktu lalu sempat berbincang dengan detikOto. Dia bilang, rata-rata produsen mobil nasional yang berada di bawah Asianusa mati suri lantaran tak dapat dukungan dari pemerintah. Padahal, kalau saja pemerintah mendukungnya, maka Indonesia bisa saja memiliki industri otomotif asli buatan dalam negeri."Itulah bukti kalau tidak ada dukungan pemerintah maka bayi-bayi ini sangat rentan. Karena bayi ini harus didukung. Kalau di negara-negara mana pun, bayi-bayi seperti ini didukung pemerintahnya untuk menjadi besar," ujar Ibnu saat berbincang dengan detikOto beberapa waktu lalu.

Di tahun 1990-an, mobnas mungkin bisa saja berhasil kalau tidak disemprit oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Saat itu mobil nasional diberi fasilitas bebas pajak impor barang mewah. Kebijakan ini membuat Jepang dan Uni Eropa membawa masalah mobnas ini ke WTO. Mobnas pun kemudian kandas.

Pada 2012, salah satu mobil buatan Indonesia, Esemka, menjadi perbincangan. Apalagi, Joko Widodo yang saat itu menjabat sebagai Walikota Solo memilih mobil Esemka sebagai mobil dinasnya. Sejak digunakan Jokowi, nama Esemka langsung melejit.

Sayangnya, mobil Esemka beberapa kali harus terbentur masalah, yaitu soal emisi gas buang. Dua kali uji emisi, Esemka dinyatakan tidak lolos. Pengujian ketiga baru lolos uji emisi.

Namun, hingga kini mobil Esemka belum dijual massal. Masyarakat Indonesia pun banyak yang mempertanyakan kabar soal Esemka.

Kabar terbarunya, salah satu mobil Esemka sedang diuji jalan di Solo. Mungkin pikap kabin ganda itu diuji lebih dulu sebelum diproduksi massal.

Sebelumnya, Esemka juga sudah menyiapkan pabrik produksi di Boyolali dan di wilayah Bogor, Jawa Barat. Lantas, apakah mobil Esemka sudah siap diproduksi dan dijual massal sebagai kendaraan kebanggaan Indonesia? (rgr/ddn)

Tidak ada komentar: