Sabtu, 28 Oktober 2017

Redupnya Bisnis Retail Kita, Tergerus Penjualan Online?

Reporter:Ali Nur Yasin
Editor:Yudono Yanuar
Kamis, 26 Oktober 2017 08:31 WIB
Redupnya Bisnis Retail Kita, Tergerus Penjualan Online?
Diskon yang ada di Lotus mulai dari 20 persen hingga 80 persen.
TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis retail semakin tergerus perkembangan zaman. Sejumlah perusahaan retail besar menutup gerai-gerainya karena pasar yang semakin menurun. Terakhir, Lotus Departement Store di Jakarta ditutup. Penjualan secara online disebut-sebut menjadi salah satu penyebab meredupnya bisnis retail ini.
Bulan ini, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) mengumumkan penutupan tiga gerai: Lotus Department Store di kawasan Thamrin (Jakarta Pusat), Cibubur (Jakarta Timur), dan Bekasi. Penutupan ini menyusul dua gerai sebelumnya. Sekretaris Perusahaan PT Mitra Adiperkasa Tbk, Fetty Kwartati, menyatakan gerai tutup karena kinerja kurang baik. Menutup gerai, kata dia, untuk memaksimalkan kinerja perusahaan. "Bisnis Lotus discontinued," ujarnya seperti ditulis Koran Tempo, Kamis, 26 Oktober 2017.
Baca: Lotus Department Store Dikabarkan Tutup, Toko Diserbu Pembeli
Selain Lotus, perseroan akan menutup gerai Debenhams pada akhir 2017. MAPI juga mengelola sejumlah pusat belanja, di antaranya Sogo, Seibu, Galeries Lafayette, dan Alun-Alun Indonesia. Bulan lalu, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menutup dua gerai: Pasaraya Blok M dan Pasaraya Manggarai, Jakarta Selatan. Penutupan ini menyusul PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk yang menutup delapan gerai. PT Modern Sevel Indonesia juga menutup seluruh gerai 7-Eleven.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan terus memantau usaha retail yang mulai beralih ke perdagangan elektronik agar tak mengganggu perekonomian. “Salah satu yang kami pantau bisnis retail karena berhubungan dengan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi," katanya.
Dia memastikan sektor retail masih tumbuh baik. Hal ini tampak dari pencapaian pajak pertambahan nilai retail yang tumbuh 14 persen pada periode Januari-September lalu. “Kami akan lihat sektor lain, apakah mereka menghadapi tekanan atau perubahan karena ada konsep digitalisasi ini,” kata Sri.
Sejauh ini, tidak ada angka pasti nilai transaksi di sektor perdagangan elektronik (e-commerce). Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia, Aulia Marinto, menerangkan, selama semester I 2017, tak ada data pasti transaksi online.
image: https://images.tempo.co/?id=657667&width=720
Infografis Bisnis RetailSekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Indonesia, Karaniya Dharmasaputra, menyebutkan angka transaksi e-commerce di Indonesia sekitar US$ 7 miliar dengan kenaikan 20 persen per tahun. Sedangkan transaksi di sektor teknologi keuangan mencapai US$ 18,6 miliar. E-commerce yang paling aktif melakukan transaksi antara lain Tokopedia dan Bukalapak dengan nilai transaksi sekitar Rp 40-100 miliar per hari.
Meski demikian, Bank Indonesia mencatat ada kenaikan transaksi uang elektronik setiap tahun. Jika pada 2015 terjadi 54 juta transaksi dengan nilai Rp 471 milir, sepanjang 2017 ini sudah naik menjadi 67 juta transaksi dengan nilai Rp 817 miliar.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih menyatakan pemerintah terus mengamati perkembangan kinerja sektor retail ini. Pemerintah, kata dia, mendorong pelaku usaha retail responsif terhadap perubahan perilaku konsumen. Ia menduga tutupnya gerai penjualan produk mewah milik PT Mitra Adiperkasa Tbk akibat pergeseran konsentrasi konsumen. "Tutupnya retail itu juga bisa akibat tak menyesuaikan dengan konsumen,” kata Karyanto kepada Tempo, di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, terjadi anomali pada bisnis retail. Perusahaan retail menutup beberapa gerainya, tapi dari sisi penerimaan pajak masih bagus.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Roy Nicolas Mandey, menyatakan bisnis retail dalam tahap pemulihan. Pada semester pertama tahun ini, kata dia, tumbuh di bawah 4 persen. Pengusaha retail sedang berjuang menggenjot performanya dengan meninjau ulang lokasi usaha. "Lokasi merupakan hal utama ketika membuka retail.”
Sekretaris Perusahaan PT Mitra Adiperkasa (MAP) Tbk Fetty Kwartati menyebutkan alasan utama rencana penutupan gerai-gerai Lotus Department Store. Salah satunya karena bisnis brand retail anak perusahaan PT Java Retailindo ini kurang baik. "Bisnis Lotus akan discontinued. Ke depannya tidak akan ada bisnis Lotus lagi," ujarnya ketika dihubungi Tempo, Rabu, 25 Oktober 2017.
ALI NY | ADITYA BUDIMAN | M JULNIS FIRMANSYAH

Tidak ada komentar: