Jumat, 03 November 2017

Belanja Iklan Toko Daring Lebih Besar dari Department Store

Safyra Primadhyta , CNN Indonesia | Minggu, 29/10/2017 05:51 WIB
Belanja Iklan Toko Daring Lebih Besar dari Department Store Data Adstensity menunjukkan total belanja iklan toko daring sepanjang 2017 di televisi jauh di atas iklan pusat perbelanjaan fisik atau department store. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Belanja iklan toko retail berbasis daring (online) jauh di atas belanja iklan pusat perbelanjaan fisik atau department store.

Berdasarkan data Adstensity yang merupakan produk monitoring iklan televisi milik PT SIGI Kaca Pariwara, sepanjang Januari-September 2017, total belanja industri retail daring yang berasal dari 16 merek yang beriklan di televisi mencapai Rp1,25 triliun. Angka itu turun 17,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,47 triliun.

Sementara, total belanja iklan department store hingga akhir kuartal III hanya sebesar Rp40,41 miliar atau turun 50,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp80,9 miliar. Belanja iklan itu berasal dari tiga department store, yaitu Matahari sebesar Rp22,58 miliar, Ramayana Rp15,52 miliar dan Metro Rp2,31 miliar.
"Untuk zaman sekarang, tren belanja iklan retail online di televisi memang jauh di atas department store, yaitu tetap di atas Rp1 triliun," ujar VP Operations Sigi Kaca Pariwara Ridho Marpaung di Jakarta, Sabtu (28/10).

Bahkan lanjut Ridho, ada delapan toko retail daring yang menggelontorkan belanja iklan di atas angka total belanja department store. Bukalapak.com tercatat mengeluarkan belanja iklan tertinggi di televisi, yaitu mencapai Rp244, 98 miliar.

Setelah itu Tokopedia mengekor dengan dana belanja iklan sebesar Rp225,7 miliar. Shoppee dan blibli.com berada di tempat ketiga dan keempat dengan masing-masing total belanja iklan mencapai Rp177, 92 miliar dan Rp151,34 miliar. Berikutnya, OLX berada di tempat kelima dengan dana belanja iklan sebesar Rp125, 21 miliar.

Menurut Ridho, pengeluaran belanja iklan bergantung dari pendapatan dan peluang yang dilihat oleh pelaku usaha. Karenanya, ia menduga, tingginya alokasi belanja iklan dari perusahaan ritel daring mencerminkan ada tren peralihan pola belanja konsumen masyarakat dari belanja di toko fisik ke arah daring. Hal ini tak lepas dari kefasihan masyarakat dalam memanfaatkan perkembangan teknologi.

Di tempat yang sama, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta tak mempermasalahkan besar kecilnya pengeluaran iklan toko belanja fisik dan daring. Menurut Tutum, pola belanja iklan department store dan toko daring memang berbeda.

Department store, menurut Tutum, sebagian besar menjual produk yang masing-masing sudah memasang iklan sendiri. Keberadaan toko fisik membuat iklan department store dilakukan terbatas, untuk wilayah tertentu dan waktu tertentu saja. Jika department store melakukan belanja iklan terlalu jor-joran, perusahaan sama saja hanya membakar uang dan tidak efisien.

"Toko online kan mereka tidak ada fisiknya, jadi mereka betul-betul memperkenalkan diri mereka kepada masyarakat ya dengan gencar mengiklankan itu," ujar Tutum.

Selain itu, belanja iklan department store juga lebih ke arah mengajak masyarakat untuk berbelanja. Sementara, menurut Tutum, iklan toko retail daring memiliki tujuan tambahan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. (stu)

Tidak ada komentar: