“Gerindra kan ndak punya calon, iya kan. Maka, idealnya, menurut saya pribadi lebih baik tidak mendukung salah satu calon, dibanding mendukung salah satu calon,” kata Sholeh di Pacet, Mojokerto, kemarin.Lantaran Gus Ipul bukan kader, tandas Sholeh, maka setiap kader Gerindra punya pilihan sendiri di Pilgub Jatim. “Saya dari dulu memang tidak sreg dengan Gus Ipul. Wajar kalau saya lebih memilih Bu Khofifah. Partainya Gerindra, Gubernurnya tetap Khofifah, apapun yang terjadi,” katanya.
Sholeh tidak ambil pusing jika keputusannya memilih Khofifah bisa berujung sanksi dari partainya. “Enggak apa-apa. Kalau dipanggil ya datang, enggak masalah. Saya bisa mempertanggungjawabkan kalau pilihan saya ini tidak salah,” ujarnya.“Saya dari dulu memang tidak sreg dengan Gus Ipul. Wajar kalau saya lebih memilih Bu Khofifah. Partainya Gerindra, Gubernurnya tetap Khofifah, apapun yang terjadi.”
Baginya, secara kalkulasi politik keputusan Abdullah Azwar Anas mundur sebagai bakal Cawagub pendamping Saifullah gara-gara kesandung foto mesum beberapa waktu lalu, maka sebenarnya Pilgub Jatim 2018 sudah selesai.
“Ini kan hanya soal formalitas saja. Pendaftaran, penetapan, kampanye sampai pencoblosan, tapi sesungguhya Pilgub sudah selesai,” kata politikus yang juga berprofesi advokat tersebut.
Mengapa Sholeh tidak memperhitungkan Puti yang masih cucu Bung Karno? “Kita kan enggak milih Bung Karno. Kita memilih gubernur dan wakil gubernur, dan harus kita tinggalkan patronase politik seperti itu. Orang harus besar karena dirinya, bukan karena bapak ibunya,” ujarnya.
Saat dipertegas, apakah sikapnya ini pertanda Gerindra tak bergerak maksimal mendukung Saifullah di Pilgub Jatim 2018? “Bergerak sekalipun, sekarang ini publik bukan memilih partai, tapi yang dijual tetap personal Cagub dan Cawagub,” tandasnya.•
Tidak ada komentar:
Posting Komentar