Sabtu, 12 Mei 2018

Trump tabuh genderang perang dengan Rusia di Suriah


Kamis, 12 April 2018 07:39 Reporter : Pandasurya Wijaya
pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35B. ©2018 REUTERS/Issei Kato
Merdeka.com -
Dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa kemarin Rusia dan Amerika Serikat bersitegang soal penggunaan senjata kimia di Suriah. Washington dan sekutunya kini tengah mempertimbangkan akan melancarkan serangan militer ke Suriah sebagai respons atas dugaan serangan senjata kimia di Kota Douma, Ghouta Timur, Suriah.

Gedung Putih mengatakan Trump membatalkan rencana kunjungan ke Amerika Latin pekan ini untuk fokus menanggapi insiden Suriah. Trump dilaporkan menggelar rapat dengan para pejabat militer dan berjanji akan mengambil keputusan dalam 24-48 jam ke depan setelah melihat foto-foto dan cuplikan video tentang dugaan serangan senjata kimia di Suriah.
"Orang-orang tewas, termasuk perempuan dan anak-anak karena serangan sembrono senjata kimia di Suriah," tulis Trump dalam akun Twitternya, seperti dilansir laman Politico, Senin (9/4).
"Kawasan yang diserang itu dikepung tentara Suriah, membuat dunia luar tidak punya akses. Presiden Putin, Rusia, dan Iran bertanggung jawab karena mendukung Assad si Binatang. Mereka harus membayar mahal. Dia (Putin) akan membayar, semuanya akan membayar mahal," kata Trump berang.
Sebagai balasan dari reaksi Trump itu Rusia menyatakan siap menghadapi serangan AS di Suriah.
"Kalau ada serangan Amerika maka kami akan menembak jatuh rudal mereka dan menentukan dari arah mana rudal itu diluncurkan," kata Duta besar Rusia untuk Libanon di Beirut Alexander Zasypkin, seperti dilansir laman Telegraph, Rabu (11/4).
Pernyataan Zasypkin itu disampaikan dalam wawancara dengan stasiun televisi simpatisan Hizbullah. Ucapan sang dubes mempertegas pernyataan Rusia sebelumnya yang menyebut bakal melindungi rezim Basyar al-Assad dengan sistem pertahanan udara mereka.

donald trump Reuters
Trump kemudian merespons pernyataan Rusia itu lewat kicauan di media sosial Twitter.
"Rusia bersumpah akan menembak jatuh segala rudal yang ditembakkan ke Suriah. Bersiaplah Rusia, karena rudal akan datang, rudal baru yang hebat dan cerdas!", tulis Trump dalam kicauannya di Twitter, seperti dilansir laman the Straits Times, Rabu (11/4).
"Kalian tidak seharusnya berteman dengan Binatang Pembunuh Gas yang membunuh rakyatnya sendiri dan menikmatinya!," kata Trump merujuk Presiden Suriah Basyar al-Assad.
Dalam jalur diplomasi, Dewan Keamanan PBB gagal menyepakati tiga usulan resolusi dalam insiden dugaan serangan senjata kimia di Suriah. Rusia memveto resolusi ditawarkan oleh AS sedangan dua rancangan usulan resolusi dari Rusia juga tidak mendapat minimal sembilan suara untuk diloloskan.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan kepada Dewan Keamanan, hal paling minimal bisa dilakukan negara lain adalah mengadopsi resolusi yang ditawarkan AS.
"Sejarah akan mencatat, hari ini Rusia lebih memilih melindungi monster ketimbang rakyat Suriah," kata Haley merujuk Presiden Assad.
Dugaan insiden serangan senjata kimia di Douma membuat konflik Suriah kembali menjadi sorotan di panggung internasional. Washington dan Moskow saling melontarkan klaim dan tudingan.
Pemerintah Assad dan Rusia mengatakan tidak ada bukti telah terjadi serangan senjata kimia di Douma.
AS memiliki dua kapal perang penghancur yang mampu meluncurkan rudal dan kini sudah berada di perairan Mediterania.
Serangan AS diperkirakan bakal melibatkan kapal perang mereka dan menguji kemampuan sistem pertahanan udara Rusia dan Suriah. [pan]

Tidak ada komentar: