Sabtu 07 Juli 2018, 07:12 WIB
Embun salju di Dieng (Foto: Uje Hartono/detikcom)
Jakarta -
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberi penjelasan terkait fenomena embun es puncak musim kemarau salah satunya di Pegunungan Dieng akhir-akhir ini. BMKG memastikan hal itu tak terkait dengan kejadian Aphelion."Aphelion tak berkaitan dengan kejadian suhu dingin permukaan bumi yang tengah fenomenal di beberapa tempat di Pulau Jawa," kata Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto, dalam keterangannya, Sabtu (7/7/2018).
Suhu dingin di musim kemarau itu disebabkan oleh permukaan bumi yang lebih kering. Kondisi air di tanah juga semakin menepis dan uap air sangat sedikit.
"Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa. Itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin dari pada suhu udara musim hujan," sambungnya.
Siswanto menjelaskan puncak kemarau kali ini juga berpotensi menyebabkan dataran tinggi di Jawa akan mengalami udara kurang dari titik beku 0°C. Hal itu disebabkan molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang dari dataran rendah.
"Pada malam hari uap air di udara akan mengalami kondensasi dan kemudian mengembun untuk menempel jatuh di tanah, dedaunan atau rumput. Air embun yang menempel di pucuk daun atau rumput akan segera membeku yang disebabkan karena suhu udara yang sangat dingin, ketika mencapai minus atau nol derajat," paparnya.
"Musim kemarau di Pulau Jawa tahun ini diprediksikan normal, mencapai puncaknya pada bulan Juli ini dengan membawa udara dingin dan kering angin monsun Australia. Musim Kemarau di Jawa Tengah diperkirakan berlangsung hingga awal Oktober," imbuhnya.
(knv/rna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar