Senin, 28 Oktober 2013

Jangan Ajak Jokowi Nyapres!

OPINI | Abigail Regina, 11 October 2013 | 03:12  

13814348131198864384
Anda setuju jika Jokowi maju sebagai calon presiden/wakil presiden dari PDI-P pada pemilu capres 2014 yang akan datang? anda yakin? jika pertayaan tersebut berbalik pada saya, maka saya akan sangat tegas untuk menjawab TIDAK SETUJU.
Secara kasat mata kita dapat melihat bahwa jaringan media baik massa maupun sosial yang dimiliki tim Jokowi-Ahok sangatlah resposif dan kuat. Hampir semua kegiatan yang mereka lakukan tercover oleh media. Saya menilai diantara tim sukses Jokowi-Ahok dengan media memiliki simbiosis mutualisme, mereka akan saling ketergantungan, terutama dalam pembentukan citra pada masyarakat. Maka tak jarang simpatisan muncul dimana-mana.
Anda perlu berhati-hati dengan calon pemimpin yang hanya mementingkan citra seperti ini.
Kita tahu, objektif dari program Jokowi-Ahok saat ini yang baru berhasil adalah penertiban pasar tanah abang. Sisanya seperti MRT, Waduk Pluit, Ria-Rio, penuntasan kemacetan, banjir dan lainnya masih dalam tahap progres, atau dengan kata lain sedang diupayakan. Kita tak pernah tahu apakah kegiatan tersebut akan terhenti tanpa kelanjutan yang jelas atau tidak. Yang pasti media dan masyarakat sudah riuh membicarakan hal ini dalam percakapan sehari-hari, bermunculan harapan-harapan baru akan Jakarta yang lebih baik.
Lebih lanjut, apakah kemudian ini bisa dijadikan sebagai prestasi? tanpa bukti yang nyata? Anda Yakin? Untuk Capres 2014? Aah.. nanti dulu..
Saya paham, diatara anda yang membaca tulisan ini mungkin bersimpati kepada Jokowi sebagai pribadi, ya pribadi, subyek. Saya pun yakin bahwa ia memiliki tekad yang kuat dalam dirinnya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, menjadikan Jakarta yang lebih baik. Namun secara obyektif, kita belum mampu membuktikan bahwa semua program dan rencana kerja yang telah/akan dilakukannya akan berhasil dalam jangka waktu 5/10 tahun kedepan. Semua masih angan dan prediksi. Jika ia menjadi presiden, saya pesimis rencana pembangunan Jakarta tersebut akan berjalan dengan lancar.
Anda tahu jika Jokowi akan maju menjadi calon presiden tentunya ia akan menggeser posisi megawati yang selama ini digadang-gadang? yang menjadi simbol serta penggerak partai yang selama ini dibangunnya? saya pesimis.
Yang saya pikirkan dan takutkan, Jokowi kemudian hanya akan menjadi avatar, representasi, boneka pelaksana kepentingan-kepentingan politik partainya. Bisa saja sosok, citra, dan keputusan-keputusan berani nya yang kita kenal saat ini (melalui media) akan berubah 180 derajat karena intervensi yang kuat dibelakangnya (partai, kepentingan politik, ekonomi asing, dll).
Mungkin kali ini Megawati tidak akan menjadi lakon utama, tapi ia menjadi sutradara atas film yang aktornya dimainkan oleh Jokowi –seperti bersama kita ketahui, pada era megawati, ia memiliki kebijakan untuk menjual beberapa aset strategis negara seperti Indosat kepada pihak asing– bisa saja, dalam politik semua mungkin. Ditambah pengalaman berpolitik Jokowi yang seumur masih seumur jagung jika terpilih menjadi presiden RI (Mantan Walikota Solo, dan Mantan Gubernur Jakarta yang tidak menyelesaikan masa jabatannya).
Sekali lagi saya mengajak anda untuk dapat membedakan lapisan antara Jokowi sebagai Subyek (yang kita kenal dari media) dengan Jokowi sebagai obyek atau prestasi yang telah dicapainya.
Biarkan Jokowi menyelesaikan masa bhaktinya di Jakarta, mewujudkan semua rencana pembangunan yang ada, membuktikan omongannya di media bahwa menjadi gubernur bukan merupakan batu loncatan menuju capres. Jika semua hal tersebut dapat terwujud (dalam lima tahun kedepan atau lebih) masyarakat akan menilai secara obyektif dan prestasi tersebut dapat dibuktikan, dapat dirasakan. Bukan hanya pencitraan yang dibentuk melalui media, angan-angan. Biarkan pengalaman memimpin Jakarta mengasahnya.
Mari bersama membantu Jokowi membuktikan itu semua dengan tidak memilih atau mengharapkannya untuk maju menjadi capres pada 2014 yang akan datang. Biarkan ia berprestasi. Mari bersama membuktikan kompetensi Jokowi, membuktikan bahwa ia capable sebagai pemimpin yang mampu membawa pada kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tunggu hingga 5 atau 10 tahun kedepan hingga ia betul-betul siap dan ada prestasi yang bisa dibanggakan.
Toh, saat ini dan nanti ia akan terus mendapat sorotan media, anda jangan khawatir. Jika terbukti benar adanya, prestasi yang dibarengi citra Jokowi ini nantinya akan melebihi Presiden yang terpilih pada 2014 nanti. Anda tidak percaya? kita buktikan saja nanti.
Anda yang membaca tulisan ini perlu mengetahui bahwa dalam tulisan ini saya bertindak bukan sebagai agen, bukan kampanye hitam, terselubung, pesanan dari oknum ini, itu, pihak ini, itu, dll. Saya hanya berusaha membagi apa yang ada di benak saya kepada anda sekalian. Tak lepas jika kemudian tulisan ini menjadi kontroversi biarlah mengalir saja.

Tak Ingin Jokowi Jadi Presiden, Takut Gubernur Galak seperti Basuki

  • Penulis :
  • Dian Fath Risalah El Anshari
  • Rabu, 16 Oktober 2013 | 17:09 WIB
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengenakan kemeja batik dengan motif debyah khas Solo, Rabu (2/10/2013). | KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO
JAKARTA, KOMPAS.com — Bagi sebagian warga Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo merupakan sosok yang ramah dan mau mendengar keluhan warga. Mereka khawatir, jika Jokowi maju sebagai calon presiden, maka penggantinya tidak sebagus Jokowi.
Meski baru setahun memimpin Jakarta, Jokowi terus saja difavoritkan menjadi calon presiden pada Pemilihan Umum 2014. Jokowi secara pribadi tidak pernah menolak ataupun menerima usulan menjadi capres. Ia menyerahkan sepenuhnya masalah pencapresan itu kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Tarik-dorong pencalonan Jokowi sebagai presiden itu juga terjadi di kalangan warga. Banyak yang mendukungnya menjadi calon RI-1, tetapi banyak pula yang menahannya. Ramidi (63), warga Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, merasa khawatir bila Jokowi benar-benar menjadi capres tahun depan.
"Saya enggak mau kehilangan Jokowi. Saya takut gubernur Jakarta yang baru nanti tak sebagus Jokowi," ujar Ramidi, Rabu (16/10/2013).
Ramidi secara tegas menolak jika Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama muncul sebagai pengganti Jokowi. Menurutnya, Basuki terlalu galak dan kurang ramah terhadap warga. Ramidi mengingatkan kembali tentang sikap Basuki saat memberikan pernyataan keras terhadap warga Muara Baru yang tidak mau pindah dari sekitar Waduk Pluit.
"Enggak suka Ahok (sapaan Basuki), kayak preman. Pemimpin jangan seperti itu dong, jangan emosian. Coba, warga Muara Baru saja sempat dibilang komunis," ujarnya.
Kekhawatiran yang sama juga dirasakan oleh Tiona, warga Klaster B Rusun Marunda di Cilincing, Jakarta Utara. Tiona belum rela jika Jokowi meninggalkan permasalahan yang belum tuntas di Ibu Kota. "Kalau nanti dia jadi presiden, nanti pikirannya kepecah ke daerah-daerah juga," katanya.
Pendapat serupa juga diucapkan oleh Sigim (51), warga Senayan. Ia merasa senang dengan kepemimpinan Jokowi. Baginya, Jokowi merupakan sosok pemimpin ideal dan langka karena menyampingkan kebutuhan pribadi serta mengedepankan kebutuhan warga. Sigim berharap Jokowi menghabiskan satu periode jabatannya sebagai gubernur sebelum melangkah ke istana. "Jokowi harus benahi Jakarta terlebih dahulu, baru bisa maju jadi presiden," ujarnya.

Tidak ada komentar: