Sabtu, 24 Mei 2014

Kontroversi Jokowi-Ahok-Udar Soal Michael Bimo


Udar Pristono (ANTARA/Yudhi Mahatma)
Udar Pristono (ANTARA/Yudhi Mahatma)
Jakarta, GATRAnews - Nama Michael Bimo Putranto kembali mengemuka dalam pengadaan bus TransJakarta dan armada peremajaan bus angkutan regulir di Dinas Perhubungan DKI Jakarta tahun anggaran 2013, yang kasusnya kini disidik Kejaksaan Agung. Nama Bimo menjadi kontroversial di antara Joko Widodo (Jokowi), Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Udar Pristono.

"Ada opini di media, untuk menangkan busway, itu disebut Michael Bimo. Ada yang katakan orang yang urus (markus/makelar kasus), tapi yang pasti saudara Michael Bimo yang disebut-sebut ini, Udar Pristono mengenalnya," kata Razman Arif Nasution, salah seorang kuasa hukum tersangka Udar di Jakarta, Rabu (21/5).

Razman menegaskan, kliennya mengenal Michael Bimo saat bertemu dengan Gubernur Jokowi, bahkan saat keluar dari ruangan Jokowi, orang nomor satu yang kini tengah cuti itu mengatakan, "Dia (Jokowi, Red.) katakan, 'Teruskan pembicaraan!' Jadi aneh kalau Jokowi mengaku tidak kenal Michael Bimo. Kalau secara hukum ini bisa diduga pembohongan publik," cetusnya.

Budi Nugroho (Budi Negro), kuasa hukum Udar lainnya menimpali, kliennya telah membuat testimoni pada tanggal 17 April 2014 dan menantandatanganinya di atas materai. Adapun isi testimoni tersebut, imbuhnya sebagai berikut:

"Benar saya (Udar, Red.) mengenal Michael Bimo:

A. Perkenalan saya berawal pada saat saya menghadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk melaporkan soal Dinas Perhubungan.

B. Karena gubernur akan kunjungan lapangan, maka Joko Widodo meminta Kadishub untuk melakukan pertemuan lebih lanjut.

C. Pak Bimo melakukan hubungan dengan kami saat melakukan penertiban di Tanah Abang dan berniat membantu meramaikan Pasar Tanah Abang Blok G. Pasar Tanah Abang di mana Pak Bimo bersama-sama pihak lain mendatangkan pembeli-pembeli pada saat pasar Tanah Abang ditinggalkan pedagangnya.

D. Sepengetehuan saya Pak Bimo bekerja di advertising."

Adapun testimoni kedua milik Udar, kata Budi, yakni mengenai dugaan keterlibatan Michael Bimo dalam proyek busway, sebagai berikut:

"A. Sepengetahuan saya Pak Bimo tidak ada hubungan dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berkaitan dengan pengadaaan bus TransJakarta.

B. Perihal pemberitaan bahwa Pak Bimo telah bersama-sama dengan staf kami (Pak Drajat Adhyaksa) ke pabrik Ankai di Tiongkok, sebaiknya perlu dibuktikan kebenarannya supaya tidak menjadi polemik dan fitnah, misalnya pemeriksan paspor, visa, bahkan foto atau pun bording pas melalui maskapai."

"Jadi di situlah kita bisa buktikan saudara Bimo ini terlibat atau tidak dalam pengadaan bus TransJakarta. Ini sesuai testimoni Pak Udar," kata Budi.

Razman menimpali, ada 2 hal menarik dari pernyataan Jokowi dan Ahok dengan testimoni kliennya. "Pertama Jokowi pernah katakan tidak mengenal Bimo, ok. Testimoni bukan menyesatkan, ada pakai materai, bahwa perkenalan beliau (Udar) dari Jokowi."

Kemudian jika Wagub Ahok menduga Bimo ikut 'bermain' proyek bus TransJakarta, imbuh Razman, namun Udar mengaku sama sekali tidak mengetahuinya karena Udar mengenal Bimo sebagai advertising.

"Artinya, di sinilah kita melihat manajemen permerintahan yang tidak singkron, ketika ada wagub nyatakan (Bimo) 'bermain', sementara gubernu menyatakan tidak mengenal, lalu korbannya anak buah. Idealnya gubernur, walikota, bupati tidak mengizinkan stafnya diperiksa oleh penegak hukum sebelum ada pemeriksaan dari internal," tandasnya.

Untuk mengungkap kebenaran itu, maka aparat penegak hukum harus memeriksa Jokowi dan Ahok karena semua sama di depan hukum.

Budi menegaskan, sebelum menerima udar menjadi kliennya, tim dari Eddi Sudjana & partners terlebih dulu menginvestigasi kebenaran pengakuan calon kliennya. Hasilnya, apa yang disampaikan Ahok adalah bohong.

"Apa yang dikatakan wagub itu semuanya bohong, kesatu, bilang main di situ, itu satu fakta sudah bohong juga. Kedua, bus berkarat, dia juga harus jelaskan kepada masyarakat, kenapa bisa berkarat, sedangkan klien kami sudah berusaha menjelaskan, (bus itu) terkena air laut saat dibawa dari Cina menuju Indonesia," ujar Budi. (IS)

Tidak ada komentar: