Senin, 5 Mei 2014 | 19:28 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari
Charta Politika Arya Fernandez mengatakan, jika Ketua Dewan Pembina
Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal
Bakrie alias Ical berkoalisi, maka akan menjadi pasangan calon presiden
dan calon presiden yang strategis.
"Jika Pak Prabowo dan Pak Aburizal sepakat berpasangan, maka akan menjadi pasangan yang kuat dan strategis," kata Arya ketika dihubungi, Senin (5/5/2014), seperti dikutip dari Antara.
Menurut Arya, Prabowo dan Ical sama-sama memiliki pengalaman panjang, baik di organisasi maupun bisnis. Prabowo, kata dia, memiliki karir yang cemerlang di militer, sedangkan Ical memiliki pengalaman di pemerintahan, yakni pernah menjadi Menko Perekonomian dan Menko Kesejahteraan Rakyat.
"Pertemuan antara Prabowo dan Aburizal, baik di rumah Aburizal maupun di rumah Prabowo hari ini menjadi penting di balik beberapa kemungkinan koalisi partai-partai politik," katanya.
Arya menambahkan, jika salah satu dari kedua tokoh tersebut mau mengalah menjadi calon wakil presiden, tentu akan menjadi berita besar. Apalagi, kata dia, Partai Golkar dan Gerindra sudah sejak lama memutuskan akan mengusung tokohnya sebagai calon presiden.
"Jika sampai terjadi kesepakatan pasangan Prabowo-Aburizal, ini merupakan terobosan baru sekaligus wujud idealisme politik," katanya.
Arya memperkirakan, koalisi Partai Golkar dan Gerindra juga akan menjadi koalisi besar yang akan memengaruhi pergerakan partai menengah lainnya.
Ical melakukan pertemuan dengan Prabowo di rumah pribadi Prabowo di Desa Bojong Koneng, Hambalang, Bogor, Senin siang. Pada pertemuan tersebut, Ical didampingi antara lain oleh Idrus Marham, Setya Novanto, dan Ade Komaruddin. Sedangkan, Prabowo didampingi antara lain oleh Fadli Zon, Suhardi, dan Edi Prabowo.
Seusai pertemuan, Ical menyatakan tidak keberatan jika kelak dirinya maju sebagai bakal calon wakil presiden, mendampingi Prabowo. Menurut Ical, jabatan presiden atau wakil presiden hanya instrumen yang tak perlu diributkan.
"Jika Pak Prabowo dan Pak Aburizal sepakat berpasangan, maka akan menjadi pasangan yang kuat dan strategis," kata Arya ketika dihubungi, Senin (5/5/2014), seperti dikutip dari Antara.
Menurut Arya, Prabowo dan Ical sama-sama memiliki pengalaman panjang, baik di organisasi maupun bisnis. Prabowo, kata dia, memiliki karir yang cemerlang di militer, sedangkan Ical memiliki pengalaman di pemerintahan, yakni pernah menjadi Menko Perekonomian dan Menko Kesejahteraan Rakyat.
"Pertemuan antara Prabowo dan Aburizal, baik di rumah Aburizal maupun di rumah Prabowo hari ini menjadi penting di balik beberapa kemungkinan koalisi partai-partai politik," katanya.
Arya menambahkan, jika salah satu dari kedua tokoh tersebut mau mengalah menjadi calon wakil presiden, tentu akan menjadi berita besar. Apalagi, kata dia, Partai Golkar dan Gerindra sudah sejak lama memutuskan akan mengusung tokohnya sebagai calon presiden.
"Jika sampai terjadi kesepakatan pasangan Prabowo-Aburizal, ini merupakan terobosan baru sekaligus wujud idealisme politik," katanya.
Arya memperkirakan, koalisi Partai Golkar dan Gerindra juga akan menjadi koalisi besar yang akan memengaruhi pergerakan partai menengah lainnya.
Ical melakukan pertemuan dengan Prabowo di rumah pribadi Prabowo di Desa Bojong Koneng, Hambalang, Bogor, Senin siang. Pada pertemuan tersebut, Ical didampingi antara lain oleh Idrus Marham, Setya Novanto, dan Ade Komaruddin. Sedangkan, Prabowo didampingi antara lain oleh Fadli Zon, Suhardi, dan Edi Prabowo.
Seusai pertemuan, Ical menyatakan tidak keberatan jika kelak dirinya maju sebagai bakal calon wakil presiden, mendampingi Prabowo. Menurut Ical, jabatan presiden atau wakil presiden hanya instrumen yang tak perlu diributkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar