Rabu, 14 Mei 2014

Survei Indikator: Elektabilitas Jokowi Turun, Prabowo Naik

Elektabilitas Jokowi Makin Turun, Suara Mulai Terpecah ke Prabowo
Sabtu, 07 Juni 2014, 04:12 WIB
Pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Alvara Research Center  Hasanudin Ali  mengatakan, Alvara melakukan survei untuk melihat pilihan capres-cawapres warga  muslim kota  pada Pilpres 9 Juli mendatang.
Survei dilakukan pada 18-28 Mei 2014 di 10 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, Palembang, Pekanbaru, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar.

Hasil survei, kata Hasanudin, memperlihatkan  pasangan Jokowi-Jusuf Kalla  memiliki elektabilias lebih tinggi dikalangan muslim kota yaitu 38,8 persen dibandingkan Prabowo-Hatta yang mencapai 29 persen.
"Namun perbedaan elektabilitas keduanya cukup sedikit artinya pemilih di kota mulai terbelah ke Prabowo, semua survei menyatakan elektabilitas Jokowi mulai turun," katanya.

Waktu, ujar Hasanudin, menjadi musuh utama saat ini. Prabowo ingin waktu lebih lama agar suaranya bisa menyusul Jokowi, sementara Jokowi ingin pilpres dilakukan lebih  cepat agar suaranya tidak semakin turun.
Selasa, 13 Mei 2014 | 14:06 WIB
KOMPAS.COM/VITALIS YOGI TRISNA DAN RODERICK ADRIAN MOZES Prabowo Subianto (kiri) dan Joko Widodo (kanan).
JAKARTA, KOMPAS.com — Survei terakhir Indikator Politik Indonesia menunjukkan elektabilitas bakal calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo alias Jokowi, cenderung menurun. Sementara itu, elektabilitas bakal calon presiden Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mengalami peningkatan. Meski demikian, Jokowi tetap masih unggul relatif jauh.
Dalam survei top of mind, Jokowi masih unggul dengan elektabilitas sebesar 31,8 persen. Prabowo menyusul di bawahnya dengan 19,8 persen. Elektabilitas Jokowi itu turun dari survei bulan Maret 2014, yang saat itu mendapatkan 32,5 persen, sementara Prabowo pada saat itu baru di angka 11,4 persen.
"Suara Jokowi cenderung stagnan dan menurun. Yang menarik, Prabowo secara top of mind naik signifikan," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi saat memaparkan hasil survei di Jakarta, Selasa (14/5/2014).
Ketika responden disodorkan 14 nama bakal capres, Jokowi tetap unggul dengan 39,7 persen suara. Sementara itu, Prabowo mendapatkan 23,8 persen. Perolehan suara Jokowi itu juga turun dari survei bulan Maret, yang saat itu memperoleh 45,6 persen. Adapun Prabowo ketika itu masih di angka 15,1 persen.
Dalam simulasi tiga nama, yakni Jokowi, Prabowo, dan bakal calon presiden Partai Golkar, Aburizal Bakrie, Jokowi tetap di atas. Jokowi mendapat 45,5 persen suara, Prabowo 30,11 persen, dan Aburizal 11,6 persen.
"Padahal pada bulan Maret, elektabilitas Jokowi dalam simulasi tiga nama bisa menang satu putaran karena sampai 55,7 persen," tambah Burhan. Sementara itu, elektabilitas Prabowo baru di angka 20 persen.
"Kalau melihat data ini, Jokowi belum aman. Namun, peluang Prabowo juga belum tentu tuh karena selisihnya masih cukup jauh," ujar Burhan.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu menilai, semuanya tergantung pada dinamika politik dan usaha kedua bakal capres itu ke depan. "Dalam politik, semua kemungkinan bisa terjadi," pungkas Burhan.
Menurut Indikator Politik, populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih dengan jumlah sampel 1.220 orang. Margin of error plus minus 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Metode dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 20-26 April 2014.

Tidak ada komentar: