Prabowo nyatakan Indonesia bukan ancaman bagi Australia
Minggu, 22 Juni 2014 23:45 WIB | Dilihat 8260 Kali
Kampanye Akbar Prabowo-Hatta Capres nomor
urut satu Prabowo Subianto menyampaikan orasi ketika kampanye akbar di
Gelora Utama Bung Karno Senayan, Jakarta, Minggu (22/4). Prabowo
mengajak ribuan simpatisan yang hadir untuk menggunakan hak pilih pada
pilpres mendatang guna memenangkan pasangan Prabowo-Hatta. (ANTARA
FOTO/Wahyu Putro A) ()
"Kita bukan ancaman bagi Australia. Karena kita ingin bersahabat dengan Australia. Maka kewajiban kita untuk yakinkan, kita ingin jadi tetangga yang baik," kata Prabowo dalam debat capres untuk ketiga kalinya di Jakarta, Minggu malam.
Menurut Prabowo masalah naik turunnya hubungan kedua negara tampaknya terletak pada Australia yang kerap menaruh curiga pada Indonesia.
Hal itu terjadi karena beberapa kali Indonesia pernah melalukan tindakan militer yang mungkin menimbulkan kekhawatiran bagi Negeri Kangguru itu.
"Masalahnya tidak terletak pada Indonesia, tapi Australia ada kecurigaan atau phobia pada Indonesia," katanya.
Lebih lanjut, mantan Danjen Koppasus TNI AD itu mengatakan bangsa Indonesia harus tegas mempertahankan inti kepentingan nasional bangsa dalam membina hubungan dengan negara lain.
"Kita tidak ada masalah dengan Australia," tegasnya.
Debat yang mempertemukan capres Prabowo Subianto dan Joko Widodo untuk ketiga kalinya itu mengusung tema "Politik Internasional dan Ketahanan Nasional" dimoderatori oleh Hikmahanto Juwana.
Pemilu Presiden pada 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
(A062/Z003)
Editor: Tasrief Tarmizi
Strategi Politik Luar Negeri Versi Prabowo dan Jokowi Menghadapi Negara Australia
Sungguh menarik mendengar debat capres antara Prabowo dengan Jokowi dalam tema Politik Luar Negeri dan ketahanan Nasional. Topik
tersebut memang sangat strategis mengingat kedaulatan dan kewibawaan
bangsa dilihat dari sikap politik luar negeri yang diambil calon
pemimpin Indonesia kelak apakah langkah dan strategi yang diambil kedua
calon presiden tersebut? Mampukah mereka menerjemahkan posisi Indonesia
dianatara negara tetangga seperti Australia?
Kedua capres memang memberikan tanggapan berbeda dalam
debat tersebut meski sebenarnya ada persamaan yakni membina hubungan
baik dalam konteks general dan spesifik. Untuk catatan, Presiden SBY
yangpernah menurunkan status hubungan: down grade
dengan Australi dengan menarik duta besar Indoensia dianggap sebagai
langkah maju untuk karena pada saat itu mengharapkan adanya permohonan
maaf dari Pemerintah Australia. Meskipun sekarang hubungan sudah membaik
lagi dengan mengirimkan kembali dubes Indonesia ke Australia. Itulah
dinamika suatu hunungan kadang erat, kadang renggang. Namun dibutuhkan
kearifan dan kebijaksanaan mengelola setiap kesalahpahaman demi mencapai
kesejahteraan bersama antara ekdua negara.
Dalam debat Prabowo mengatakan akan mengembangkan “good neighbour policy”
dengan menjadi teman dan tetangga yang baik dan mengatakan setuju
dengan sikap dan langkah politik luar negeri yang telah diambil presiden
SBY dalam menghadapi Australia dan demi ketahanan negara yang penting
adalah memperkuat kesejahteraan rakyat atau dalam domain hubungan
international memperkuat economic security menjadi bangsa yang mandiri. Sedangkan soal pembelian alat pertahananbaginya tidak signifikan karena alutista yang ada sekarang sudah mencukupi bahkan tak perlu membeli tank leopard.
Sedangkan Jokowi lebih menekankan pada diplomasibudaya dan pendidikan dalam membangun kepercayaan (trust) dengan
Australia untuk menghindari berbagai hal yang tidak mengenakkan selama
ini seperti kasus penyadapan yang menurutnya karena ketidak percayaan
negara tersebut terhadap Indonesia. Dalam domain hubungan international
diplomacy budaya adalah bagian dari “soft diplomacy”.
Diplomasi budaya dan pendidikan memang ampuh untuk memperdekat hubungan
dan menjalin kerjasama antar negara. Selama ini baik Indonesia
memberikan kesempatan pada Pemerintah Australia untuk mengundang para
pemuda dalam pertukaran budaya dan pendidikan di kampus yang ditunjuk di
Indonesia sperti Universitas Gajah Mada. Begitu juga Australia melalui
pemerintahnya membuat program exchange baik pemuda, tenaga pendidikan,
medis dan lain sebagainya, juga kesempatan beasiswa ADS dan ALA yang
diberikan untuk para mahasiswa yang berminat belajar di negeri kanguru
itu.
Sedangkan untuk membangun ketahanan nasional Jokowi ingin memperkuat prajurit, modernisasi alutista dan pengadaan drone untuk menjaga kedaulatan wilayah dari ilegal fishing dan logging
dan membangun pertahanan civil. Jdi perbedaannya Jokowi lebih fokus
untuk meningkatkan anggaran pertahanan sedangkan prabowo mengnggap
pertahanan hadir dari kemandirian bangsa yang sejahtera. Dalam konteks
ini Jokowi menganut teori Realisme dalam hubungan internasional yang
meperkuat negara dengan alat pertahanan danpersonel
negara. Sedangkan prabowo menekankan pada penguatan ekonomi dalam
perspektif konstruktivisme dan lebih specifik lagi memproteksi ekonomi
lokal .
Apapun langkah yang diambil kedua Presiden tentu sejatinya kepentingan national (national Interest)
dan kedaulatan NKRI adalah kepentingan yang harus dikedepankan. Karena
berdasarkan pengalaman negara-negara yang sudah maju seperti cina dan
India berhasil mengelola politik luar negeri dan ketahan negaranya
dengan membangun kekuatan domestik masyrakatnya dan secara bertahap
membangun hubungan dengan luar negeri dengan memetakan kekuatan yang
ada. Maka benarlah negara yang kuat adalah negara yang mampu bertahan
dengan semua kekuatan yang dimilikinya dan mengelola kelemahannya
sehingga tidak menjatuhkannya. Salam Panji Merah Putih.
Note : Tulisan ini pengembangan dari tulisan yang saya tulis dalam 25 Kompasianer Wanita Merawat Indonesia”
Jokowi: Australia Tidak Percaya dengan Indonesia
JAKARTA - Joko Widodo (Jokowi) menyebut ada dua hal penting dalam hubungan antara Indonesia dengan Australia. Pertama, ada ketidakpercayaan yang disematkan Australia kepada Indonesia.
"Sehingga dalam beberapa bulan lalu ada penyadapan. Oleh karena itu, ke depan reformasi pemerintah dengan pemerintah antarpelaku bisnis dan pelaku bisnis, masyarakat dan masyarakat harus digalakkan," tutur Jokowi, saat debat capres mengenai politik internasional dan ketahanan nasional, di Holiday Inn, Jakarta, Minggu (22/6/2014).
Cara tersebut, sambung Jokowi, akan mengurangi konflik dan gesekan yang ada antara Indonesia dengan Australia. Maka dari itu, diplomasi budaya dan pendidikan, tukar menukar budaya dan pendidikan juga harus terus digalakkan.
"Kedua, kewibawaan kita dianggap negara yang lebih lemah, ke depan kehormatan negara dan kewibawaan harus jadi catatan khusus bagi presiden. Jangan sampai dilecehkan dan diremehkan serta dianggap lemah dan tidak berwibawa," tegasnya.
Sebelumnya, Prabowo juga menyoroti hubungan antara Indonesia dengan Australia. Prabowo Subianto, calon presiden nomor satu ini menyebut Australia phobia dengan Indonesia.
"Australia ada semacam phobia dengan kita, karena kita penduduknya banyak, kita seringkali dianggap emosional dan pernah melakukan tindakan militer sehingga mereka mungkin menganggap kita sebagai ancaman," papar dia. (ade)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar