Jumat, 06 Oktober 2017

Ray Rangkuti: Gatot Nurmantyo Bukan Gerus Suara Jokowi, tetapi Prabowo Subianto

Fabian Januarius Kuwado
Kompas.com - 05/10/2017, 18:56 WIB
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo usai upacara peringatan HUT ke-72 TNI, di Dermaga PT Indah Kiat, Cilegon, Banten, Kamis (5/10/2017).
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo usai upacara peringatan HUT ke-72 TNI, di Dermaga PT Indah Kiat, Cilegon, Banten, Kamis (5/10/2017).(KOMPAS.com/Kristian Erdianto)
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik LIMA Ray Rangkuti menilai, popularitas Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meningkat setelah serangkaian pernyataan kontroversialnya.
Peningkatan popularitas itu pun, mau tidak mau menggerus tokoh yang angka popularitasnya jauh lebih tinggi, yakni Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Namun, dibandingkan sosok Joko Widodo, popularitas Gatot dinilai lebih menggerus popularitas Prabowo Subianto.
"Saya baca, yang sedang digerus oleh Gatot Nurmantyo ini sebenarnya bukan Joko Widodo. Tapi Prabowo Subianto. Yang berhadap-hadapan ini sebenarnya Gatot dengan Prabowo," ujar Ray dalam diskusi di bilangan Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (5/10/2017).
Ray beralasan elemen masyarakat yang mendukung Gatot atas pernyataannya selama ini, adalah pendukung Prabowo dalam Pilpres 2014 lalu.

"Basis-basisnya sama. Basis masyarakat yang mengidolakan Gatot ini adalah basis-basis yang mendukung Prabowo dulu," ujar Ray.
Salah satu contohnya, adalah rekan koalisi Gerindra, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pernyataan-pernyataan yang diungkapkan tokoh PKS lebih banyak mendukung Gatot daripada mengkritiknya. Selain itu, banyak pula elemen masyarakat berbasis Islam.
Situasi ini, lanjut Ray, bagai pedang bermata dua bagi Prabowo. Di satu sisi, Gatot menjadi kawan untuk melawan melejitnya popularitas Jokowi. Namun di sisi lain, situasi ini bisa-bisa menyandera Gerindra pada 2019 mendatang.
"Soalnya kalau Prabowo tidak memberikan tiket ke Gatot Nurmantyo di 2019, bisa jadi mereka malah yang nanti saling berhadap-hadapan juga dengan Jokowi. Jadi terpecah tiga. Ini tidak menguntungkan bagi Prabowo," ujar Ray.

Tidak ada komentar: