Selasa, 28 Agustus 2012

Enam Cara Beradaptasi Terhadap Perubahan Iklim

Oleh Yahoo! News | Yahoo! News – 19 jam yang lalu

Oleh Jeremy Hsu, InnovationNewsDaily Senior Writer | LiveScience.com

Rencana rekayasa bumi mungkin bertujuan untuk membalikkan pemanasan global dengan memantulkan kembali cahaya matahari ke angkasa atau menyimpan kelebihan karbondioksida, namun hal tersebut tidak akan menghindarkan manusia mengalami perubahan cuaca dalam beberapa dekade mendatang.

Hal tersebut berarti manusia harus beradaptasi untuk hidup di dunia di mana kekeringan meluas, banjir semakin tinggi dan seluruh negara kepulauan mungkin dapat tenggelam.

Beberapa ide adaptasi menyerupai fiksi ilmiah yang menjadi kenyataan. Antara lain, menanam tanaman di dalam bangunan perkotaan, desa apung dan tanaman yang direkayasa secara genetis. Solusi lain, seperti pertanian apung dan kawin silang spesies biasa, lebih cenderung merupakan sejarah adaptasi manusia daripada teknologi masa depan.

Rumah air:Ketika ketinggian air meningkat, bangunan masa depan mungkin akan menyiasatinya dengan bangunan apung. Koen Olthuis, kepala Waterstudio. NL, mulai mengerjakan proyek dari apartemen apung di Belanda hingga masjid apung di Uni Emirat Arab.

Perusahaan asal Belanda tersebut juga merancang serangkaian hotel apung, pusat konferensi, dan bangunan lain di Maladewa (negara kepulauan di Samudera Hindia yang terancam tenggelam pada 2080 nanti).

Perusahaan pelopor asal Belanda lainnya, Dura Vermeer, juga telah membuat bangunan apung seperti sebuah rumah kaca dan sebuah desa yang seluruhnya amfibi di Belanda — semuanya menggunakan lapisan busa plastik yang disusun menjadi jaringan yang mampu menyokong bangunan beton di atasnya.

Teknologi seperti itu menyediakan solusi bagi pembangunan rumah kuno yang berada di negara yang terus menerus dilanda banjir seperti Bangladesh.
Kota bawah tanah: Tinggal di stasiun kereta bawah tanah seperti gelandangan mungkin terdengar tidak menyenangkan, namun memindahkan kota ke bawah tanah dapat memberikan perlindungan tambahan dari perubahan cuaca yang ekstrem.
  
Menempatkan jalur energi di bawah tanah juga memberikan perbedaan bagi banyak kota antara tetap mendapatkan listrik dan mengalami padamnya aliran listrik akibat badai – dan kota-kota besar seperti Hongkong juga mendapatkan bonus menghemat ruang dengan memindahkan pembangkit energi dan penampungan air di bawah tanah.

Sebuah kelompok pengusaha AS mengajukan rancangan bangunan ‘Low Line’ di sebuah bekas stasiun kereta listrik di New York City. Sebuah kabel serat optik tidak hanya dapat menghantarkan sinar matahari ke daerah bawah tanah untuk membantu pertumbuhan tanaman, namun juga dapat menghalau sinar ultraviolet yang berbahaya — dan pencahayaan elektrik juga dapat dipergunakan ketika hari yang mendung atau malam.

Pertanian apung: 140 juta warga Bangladesh telah belajar untuk hidup dengan perubahan iklim dengan mendalam karena di negara mereka, kebanyakan pulau terletak kurang dari 4,8 meter. Banjir melanda seperempat negara tersebut hampir setiap tahunnya, dan 60 persen setiap empat atau lima tahun.
 

Hal tersebut memaksa petani Bangladesh untuk menciptakan adaptasi yang dikembangkan sendiri untuk hidup di dunia di mana air laut meningkat dan banjir yang lebih buruk, yaitu dengan menciptakan pertanian apung.

Para petani menciptakan rakit dari jerami, tunggul padi dan rumput yang disebut bunga bakung air, sebelum menambahkan lapisan atas dari waterwort (semacam tumbuhan air) yang membusuk untuk berfungsi sebagai pupuk.

Rakit tersebut menjadi permukaan apung yang dapat dipindahkan yang menggantikan lahan pertanian yang tergenang banjir dan dapat memproduksi lebih banyak tumbuhan daripada lahan tradisional – sebuah ide yang mungkin ingin diadaptasi oleh negara lain dengan siasat yang disesuaikan dengan keadaaan negara mereka sendiri.

Energi pintar: 
Pada sebuah planet yang lebih hangat berarti banyak rumah dan tempat usaha yang menggunakan lebih banyak energi dan lebih boros untuk pendingin udara. Jaringan energi masa depan tidak hanya menghubungkan sumber energi bersih terbaru — seperti energi matahari yang dapat diperbarui, angin, gelombang laut dan energi panas bumi — namun juga menjadi lebih pintar untuk memanipulasi sumber energi yang baru dan lama dan dengan cepat menanggapi untuk mengubah permintaan perubahan energi di masa yang akan datang.

Beberapa jaringan energi mungkin mencerminkan jaringan energi besar versi yang lebih pintar, yang mendominasi negara industri. Jaringan energi lain mungkin akan muncul menjadi jaringan energi mikro yang lebih kecil yang diambil dari sumber energi lokal seperti sinar matahari atau angin, namun masih dapat terhubung satu sama lain untuk mengirimkan energi ke tempat  yang membutuhkannya.

Pertanian vertikal:
 
Banyak petani akan mengalami kekeringan parah dan tumbuhan yang rentan diserang hama dalam iklim yang lebih panas. Sebuah solusi yang memungkinkan berasal dari ide yang dulu disepelekan yang mulai menjadi perhatian di seluruh dunia — pertanian vertikal yang terdiri dari banyak tingkat ke atas (atau bahkan ke bawah tanah).

Pertanian vertikal memberikan iklim dalam ruangan yang terkendali untuk bercocok tanam di sebuah tempat yang hemat ruang yang terbukti lebih efisien daripada bercocok tanam di ladang terbuka, ujar Dickson Despommier, seorang ahli mikrobiologi dan ekologi di Columbia University yang membantu memulai langkah awal dalam pertanian vertikal. Negara-negara seperti AS, Swedia, Belanda, Jepang, Korea Selatan dan Singapura juga telah memulai bereksperimen dengan pertanian vertikal mereka sendiri.

Tanaman yang dapat beradaptasi dengan iklim: Jagung tahan kekeringan yang dapat tumbuh dengan sedikit air sudah mulai diperkenalkan dalam versi berbeda dari berbagai perusahaan seperti Monsanto, DuPont, dan Sygenta. Perusahaan agribisnis ternama mulai menginvestasikan miliaran dolar dalam rekayasa genetis tanaman yang “siap menghadapi iklim” untuk bertahan dari kekeringan, banjir, panas, dingin, dan keasinan air — sebuah usaha yang mencakup 1.633 paten pada 2010, menurut sebuah laporan dari ETC Group.

Adaptasi pada iklim juga bisa didapat dari mengidentifikasi ciri-ciri ideal pada ladang yang sudah ada tanpa rekayasa genetis, mengubah taktik pembudidayaan untuk ladang, dan menanam tanaman tahan lama yang lebih beragam.

International Rice Research Institute (IRRI) dan University California-Davis menggunakan marker-assisted selection (meneliti tanda morfologis, biokimia atau variasi DNA/RNA untuk menemukan ciri-ciri genetis) untuk mengidentifikasi gen yang tahan banjir dalam varietas padi India dan memindahkannya ke ladang padi lainnya. Dalam kasus lainnya, African Rice Center sudah melakukan kawin silang spesies padi Asia dan Afrika untuk menciptakan tanaman yang lebih tahan panas dan kekeringan.

Tidak ada komentar: