Mantan Istri Prabowo: Jawaban Bapak Saat Debat Bagus
Senin, 16 Juni 2014, 00:46 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Siti Hediati (Titiek) Soeharto mengaku puas dengan
penampilan mantan suaminya, Prabowo Subianto, saat debat capres di
Jakarta, Ahad (15/6). Menurut dia, jawaban Ketua Dewan Pembina Partai
Gerindra sangat mudah dimengerti.
"Debatnya bagus, Jawabannya bapak juga bagus, mudah-mudahan dapat diterima oleh seluruh rakyat Indonesia," kata Titiek.Kali ini, katanya, Prabowo tampil beda dari debat pertama di Balai Sarbini, Senin (9/6). Pada debat kedua yang hanya diikuti capres itu, Prabowo lebih menikmati dan santai dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.
Titiek menilai, jawaban dan visi misi Prabowo sudah sangat jelas dan konkret. Khususnya soal pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang menjadi tema debat. "Saya kira sudah paling jelaslah ya. Itulah yang diharapkan Indonesia," katanya.
Politikus Partai Golkar tersebut juga berharap, masyarakat bisa tahu visi misi Prabowo-Hatta Rajasa. "Masyarakat tahu siapa sosok presiden sebenarnya," ujarnya.21 April 2014 | 13:51 , OLEH: Khoeri Abdul Muid
Di tengah spekulasi bahwa Prabowo rujuk dengan Titiek Soeharto (fiksikulo.wordpress.com/2014/04/13). Tadi malam (20/4) sebagaimana diberitakan detikNews siang ini (12:18 WIB), Prabowo menghadiri pesta ulang tahun mantan istrinya, Siti Hediati Hariyadi atau sering disebut Titiek Soeharto.
Dikabarkan,
sebenarnya Titiek Soeharto berulang tahun ke-55 tanggal 14 April lalu.
Namun karena kesibukan di partai baru dirayakan semalam. “Pak Prabowo
datang lebih awal dari pukul 18.30-20.30 WIB,” kata Fadli Zon, Petinggi
Gerindra .
Lebih
lanjut menurut Fadli, hubungan Prabowo dan Titiek semakin baik. Selama
ini keduanya juga menjaga komunikasi meski sudah tak lagi jadi suami
istri. Namun, ketika ditanya apakah ada kemungkinan Prabowo dan Titiek
bersatu kembali? Fadli berkata, “Kalau itu persoalan privat saya nggak
bisa komentar.”
Adalah
menarik menyorot mendekatnya hubungan Titiek-Prabowo ini dalam
perspektif susksesi 2014. Sebab, Titiek Soeharto selangkah lagi menjadi
anggota dewan. Bahkan, jubir Golkar Tantowi Yahya menyebut Titiek
berpotensi untuk menjadi Pimpinan DPR. “Kalau dibilang berpotensi sih
memang betul, tapi di kita ada mekanisme penilaian yang nantinya
menentukan apakah layak dijadikan Ketua atau Wakil Ketua DPR.”
Sementara
itu pada sisi lain, Prabowo capres Gerindra yang berdasar hasil hitung
cepat pileg 9 April kemarin meraih posisi 3 besar juga disebut-sebut
berpotensi menjadi Presiden.
Soal
tingkat kompetensi terkait jabatan yang ditengarai bakal mereka
sandang tersebut, sepertinya tidak ada maslah. Titiek Soeharto, seorang
pengusaha sukses yang alumnus UI dan Prabowo merupakan prajurit milter
berkarir cemerlang yang alumnus AKMIL.
Pertanyaannya
ialah bagaimana kalau betul kejadian, Titiek-Prabowo rujuk sebelum
ataupun setelah pilpres? Dan, bagaimana pula andaikan Titiek Soeharto
yang menjadi Pimpinan DPR sementara Presidennya Prabowo Subianto yang
notabene mantan pasutri atau sudah menjadi pasutri lagi? Seru, khan?
Menjomblo,
mantan pasutri atau bahkan rujuk antara pimpinan DPR dan Presiden,
misalnya, merupakan sesuatu yang belum detil diatur dalam sistem
ketatanegaraan. Namun sejauh mana hal-hal demikian berimplikasi langsung
ataupun tidak langsung dalam sistem ketatanegaraan? Akan menimbulkan
masalah?
Dalam
adat ketatanegaraan suami atau istri (pendamping) jabatan Pimpinan
parlemen (DPR) tidak merupakan suatu kelaziman —karena barangkali
sifatnya yang kolektif kolegial itu. Tapi pada posisi Kepala Negara
telah lazim adanya istilah First Lady (Ibu Negara). Namun, kalaupun tidak terisi apakah
secara esensi hal itu akan berpangaruh terhadap proses ketatanegaraan
ataukah hanya soal seremonial belaka yang bisa mudah diatasi?
FENOMENA JODOH DAN POLITIK?
Terlepas
dari kepastian soal rujuknya, ada baiknya kalau kita menengok ke
belakang, kabarnya, penyebab perceraian Prabowo-Titiek ialah soal
politik, yakni setelah Prabowo dianggap “kurang ajar” karena telah
berani-beraninya juga menyarankan Pak Harto untuk mundur (1998) kemudian
ia harus minggat (diusir) dari keluarga cendana.
Dan,
andaikan oleh karena hembusan-hembusan momen-momen politik, sebagaimana
diharapkan oleh para petinggi Gerindra agar Titiek-Prabowo rujuk, lalu
kejadian rujuk, yang notabene berarti juga karena politik, maka
pertanyaan berikutnya yang tak kalah menarik ialah, bagaimana dengan
perjalanan tugas-tugas profesional mereka akan berjalan?
DPR
dalam sistem pemerintahan presidensiil ialah mitra Presiden dalam
mengemban tugas legislator dan budgeter, akan tetapi DPR juga sekaligus
sebagai supervisor Presiden, bahkan berdasarkan hasil fungsi
pengawasannya, DPR bisa saja mengajukan pemakzulan Presiden kepada MK.
Dan,
dalam koridor skenario itu, bila yang terjadi ialah kemungkinan
terburuk dari hubungan Presiden-DPR, pemakzulan, misalnya, haruskah
beliau berdua juga harus berpisah lagi, juga gara-gara politik pula?
Sebuah lakon (jalan hidup), gileee bingit gitu loh, kalau skenarionya harus begitu, kalee…***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar