Senin, 15 Desember 2014

Biduk Cinta Rini Soewandi di Ujung Tanduk

MESKI PAHIT, INILAH YANG TERBAIK

Setelah 23 tahun membina rumah tangga, Didik mengajukan cerai terhadap istrinya, Rini Soewandi. Menurut Didik, sang istri sudah berubah delapan tahun belakangan. Apa sebenarnya masalah mereka?

Rumah tangga pasangan Rini Soewandi (48), mantan Menteri Perdagangan dan Perindustrian dengan Didik Soewandi (52) kini di ujung tanduk. Setelah 23 tahun membina rumah tangga bersama, Didik mengajukan talak cerai ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Rabu (6/4) silam merupakan sidang pertama perceraian keduanya. "Saya menyalami Rini, tapi kami tidak sempat ngobrol," ujar Didik saat ditemui di sebuah kafe di Jakarta Selatan, Jumat (7/4). Pada sidang kedua, menurut Didik, Rini absen.

Didik menceritakan awal pertemuannya dengan Rini. Mereka berkenalan tahun 1977 saat keduanya sama-sama kuliah di Boston, Amerika. Dua tahun kemudian, mereka bertunangan. Lalu, mereka menikah tahun 1982. "Kepribadian wanita yang ingin saya jadikan istri ada pada dia. Rini juga wanita yang sangat pintar, berani mengambil risiko, cekatan, dan sangat sayang pada anak-anak," kenang Didik.

Saat itu, Rini bekerja di Citibank. Mereka lalu memiliki tiga anak, Nindia Felicia Soewandi (22), Yodhananta Soewandi (19) dan Fauzan Rahman (7). Awal pernikahan berjalan mulus. Meski ada pertengkaran layaknya sebuah rumah tangga, hal itu bisa diatasi berkat adanya komunikasi. "Rini juga bersikap layaknya ibu rumah tangga. Dia mengurus anak, dan pada hari libur kami sekeluarga jalan-jalan," ujar pria pengusaha ini.

Rumah tangga mereka tetap berjalan harmonis, meski kesibukan Rini dalam pekerjaan makin lama makin meningkat. Setelah tak lagi di Citibank, Rini pindah ke Astra sebagai General Manager Finance Division Astra International. Kariernya terus menanjak dan pada tahun 1998 ia menjadi Presiden Direktur PT Astra International.

Tak hanya itu, ia juga menjadi Komisaris Bursa Efek Jakarta, Wakil Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Staf Ahli Departemen Keuangan, dan Presiden Komisaris PT Semesta Citra Motorindo. Karier Rini menuju puncak ketika tahun 2001 - 2004 dipercaya menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan oleh Presiden Megawati.

MULAI BERUBAH SIKAP
Seiring melesatnya karier sang istri, rumah tangga pasangan ini mulai goyah. Sekitar delapan tahun belakangan, Didik merasa Rini mulai berubah sikap. "Saya bisa merasakan perubahan itu. Namanya juga suami-istri dan tinggal serumah, pasti bisa merasakan bila pasangannya berubah. Saya tak tahu persis apa penyebabnya. Mungkin dia berubah karena lingkungan, bisa juga karena pekerjaan," ujar Didik yang enggan merinci perubahan tersebut.

Menurut Didik, sudah bertahun-tahun terjadi argumentasi dan perbedaan pendapat yang terus-menerus. Perubahan inilah yang menyebabkan komunikasi antara keduanya tidak pernah ketemu. Setelah Rini berubah, apakah penghormatan istri terhadap suami sebagai kepala rumah tangga masih terjadi dalam keluarga?

"Tidak. Lalu, dalam pengambilan keputusan-keputusan dalam rumah tangga, terlalu banyak argumen, termasuk untuk hal-hal kecil. Juga masalah sekolah anak. Hal sekecil apa pun jadi bahan argumentasi. Capek! Karena ini tidak akan ada hentinya. Kalau sudah begini, saya memilih pergi," tuturnya.

Ketika ditanya apakah Rini bersikap dominan dalam rumah tangga, Didik terdiam cukup lama. "Mungkin begitu," ujarnya diplomatis. Ia mengatakan, setiap manusia punya takdir dan kodrat yang tidak boleh terlalu jauh dilewati. Didik mengibaratkan, bila cangkir terus diisi kopi, kopi tersebut akan meluber. Ini seperti seseorang yang sudah jauh keluar dari kodratnya. Menurut Didik, itulah yang terjadi pada istrinya.

"Kalau orang sudah keluar terlalu jauh dari kodratnya dalam keluarga, bisa jadi masalah. Dia tidak akan menemukan kebahagiaan. Materi bisa dicari. Kebahagiaan dunia dan akhirat susah dicari. Itu enggak main-main, karena saya sudah merasakan. Semua ada takarannya, termasuk kodrat sebagai seorang wanita dan istri. Namun, itu risiko bagi wanita berkarier kalau dia tidak pandai memenej pekerjaan di kantor dan rumah, " papar pria berkaca mata ini.

PEMBANTU PUN MELIHAT
Didik mengaku tidak menentang istrinya berkarier sampai mana pun. Sejak awal menikah, Didik mendukung istrinya bekerja. Namun, menurutnya, manusia punya kodrat. Kalau dulu Didik masih bisa menangani kerasnya watak Rini, kini ia sudah angkat tangan.

Diakui Didik, ia sudah berusaha memperbaiki rumah tangganya dengan berbagai cara. Namun, ia melihat Rini tak berubah, sehingga di antara keduanya tak pernah ada titik temu. "Selalu mengarahnya ke menang kalah. Ini, kan, susah," ujar Didik yang beberapa kali lama terdiam sebelum menjawab pertanyaan.

Kalau pun ia bertahan dalam perkawinan, lebih karena memikirkan anak. "Saya tipe orang yang dekat dengan anak-anak. Waktu anak-anak masih kecil, saya juga membuat susu dan menyuapi mereka. Malah, yang bungsu ini sering sekali tidur sama saya," ujarnya.

Didik mencontohkan, bila pukul 20.30 si bungsu Fauzan menelepon dan mengabarkan dia sudah mengantuk sementara Didik masih rapat atau di luar rumah, Didik bisa panik. "Saya usahakan sebelum jam sembilan harus pulang. Kalau sampai rumah Fauzan sudah tidur, saya merasa sangat bersalah. Saat bangun pagi, saya dipeluk. Saya minta maaf pada dia," kenang Didik yang merasa hubungan batinnya dengan Fauzan sangat erat. Ia mengaku Fauzan sangat dekat dengannya, terutama saat Rini menjadi menteri. Pada hari libur, Didik sering mengajaknya main game ke mal.

Jauh sebelum gugatan cerai diajukan, anak-anaknya sudah melihat sekaligus merasakan kedua orang tuanya tidak lagi rukun. "Ini sering terjadi. Bila suami-istri tidak saling bicara, bukan hanya anak yang tahu. Pembantu pun bisa ikut melihat. Mereka memang tidak bertanya dan saya tidak menjelaskan. Tapi saya menetralisir. Saya tidak ingin membuat jiwa anak-anak terluka," ujar Didik.

Tidak ada komentar: