Seperti sudah diduga banyak orang, isu
reklamasi kembali diangkat dalam debat kali ini. Ini salah satu issue
dari sedikit issue yang bisa diangkat Anies – Sandi untuk menyerang Ahok
– Djarot. Kalau bukan reklamasi, ya soal penggusuran. Soal yang lain,
mereka hanya bisa menambahkan plus-plus saja. Saking hebatnya kerja
petahana, tidak banyak issue yang bisa dipakai untuk menyerang petahana.
Padahal baru kerja dua tahun lho.
Diangkatnya issue reklamasi tidak
mengejutkan saya. Tapi yang mengejutkan adalah komentar Anies mengenai
reklamasi, yang jelas-jelas memakai logika bumi datar.
“Ini unik, airnya dipercepat ke laut, dan di depan laut disiapkan pulau untuk menampung air, efeknya balik lagi ke Jakarta. Rasakan banjir ke tempat ini,” kata Anies, pada debat kandidat yang diselenggarakan di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (12/4/2017).
Ahok pun geleng-geleng mendengar keberatan
Anies ini. Saya juga bertanya-tanya. Saya bukan ahli dalam hal ini.
Tapi saya mempertanyakan logika berpikir yang membayangkan air yang
dialirkan ke laut bisa balik lagi ke Jakarta. Emangnya laut itu
seperti got. Kalau got, memang benar kalau dialirin air dan di ujung got
diberi penahan, air akan berbalik kembali. Tapi laut itu kan luas. Dan
pulau reklamasi itu bukan tembok penahan. Setidaknya ini logika saya.
Tapi karena saya bukan ahlinya. Saya minta maaf sebelumnya kalau saya
salah. Yang jelas, saya tidak akan berani dengan pede-nya berdiri di
acara live yang ditontong jutaan orang dan mengatakan keberatan akan
reklamasi karena nanti airnya balik lagi ke Jakarta.
Ini mungkin yang disebut logika bumi
datar. Karena tidak pernah mempelajari suatu ilmu secara mendalam. Cukup
memakai logika sekenanya. Yang bicara santun dan percaya diri. Ribuan
orang pun percaya. Jakarta bisa banjir lho kalau ada reklamasi. Nanti
air yang dibuang ke laut, balik lagi ke Jakarta.
(Semoga ada pembaca seword yang bisa mengkomentari ini dari sisi keilmuan)
Ketika Anies sibuk dengan logika bumi datar. Ahok menjelaskan keuntungan yang didapatkan oleh warga DKI dengan adanya reklamasi.
Saya kira jangan membohongi.
Gambar peta reklamasi bukan itu saja. Dulu 18 pulau, satu setengah pulau
dipotong karena kena arus air panas PLTU. Dan mau apa lagi? Seluruh
hasil reklamasi sertifikatnya milik DKI.Lalu fasum (fasilitas umum) dan fasos (fasilitas sosial) untuk DKI.Lalu apa lagi? Lima persen dari tanah yang bisa dijual oleh pengembang ini boleh dipakai untuk nelayan lagi, untuk masyarakat.
Lalu apa lagi? Tanah yang mereka jual,
setiap rupiah yang mereka jual 15% dari penjualan NJOP (nilai jual objek
pajak) itu dipakai buat pembangunan sehingga kita akan mendapatkan
dalam 10 tahun Rp 158 tiliun kira-kira, uang dari reklamasi.Jadi bukan hanya 1,2 juta tenaga kerja. Lalu kita bisa menyelesaikan semua konsep nelayan, semua tanggul utara termasuk LRT (light rail transit) yang akan kita bangun. Jadi mau apa lagi, manfaat untuk rakyat reklamasi ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar