Pasca kerusuhan Mei 1998, Mantan
Pangkostrad Letjen Prabowo lari dari Indonesia untuk tinggal di
Yordania. Pada bulan Desember 1998, ia sempat ingin kembali ke
Indonesia, mungkin karena di Indonesia lebih ‘subur’, entah lah. Namun
atas nasehat para rekannya, keinginan kembali ke Indonesia dibatalkan.Cerita ini diungkapkan oleh Fadli Zon melalui akun Twitternya. Fadli menulis tweet-story
untuk menanggapi isu kewarganegaraan ganda yang dimiliki oleh Prabowo.
Fadli bercerita di twitter pada tahun 2014, ketika Prabowo sedang maju
di pilpres melawan Joko Widodo. Alih-alih ingin meluruskan fitnah
mengenai dalang kerusuhan Mei 1998, Fadli Zon justru sepertinya lebih
terlihat ingin memperbaiki nama Prabowo.
“Saya waktu itu Pangkostrad dengan 33
batalyon, nyatanya apakah saya kudeta? Itu tidak akan saya lakukan
karena sebagai prajurit sapta marga saya takut terhadap konstitusi UUD
1945,” kata Prabowo dalam keterangan pers nya
Kisah-kisah menyentuh pun dimunculkan oleh
Fadli Zon mengenai Prabowo, bahwa ia hidup sederhana dengan taksi
langganan. Prabowo bahkan dikatakan memiliki supir taksi langganan yang
bernama Muhammad. Itu bukan sederhana dut! Itu hidup mewah!
Setiap hari naik taksi, dan dikatakan itu hidup sederhana? Sederhana ndas mu!
Zon pun mengatakan ia sedikitnya mengunjungi Prabowo di Yordania
sekitar 7 kali. Makin mewah saja hidup mereka ternyata. Menurut cerita
yang mungkin saja ditambah-tambahi bumbu, Prabowo sempat hidup susah
sejak difitnah sebagai dalang kerusuhan 1998, yang sampai sekarang masih
belum jelas kejadiannya.
Bahkan Luhut Pandjaitan sempat kasihan
kepada Prabowo dan membantu memperpanjang paspornya. Namun pada saat
pilpres 2014, Luhut yang dulunya merupakan atasan Prabowo di Kopassus
ini tidak setuju dengan keberadaan Prabowo sebagai presiden. Mungkin
Luhut kenal betul siapa sosok Prabowo, sampai-sampai ia tidak
menginginkan Prabowo maju sebagai calon presiden.
Pada akhirnya, larangan Luhut ternyata
dikonfirmasi oleh kemenangan Jokowi di dalam pemilihan presiden tahun
2014, seorang mantan pengusaha tukang kayu. Prabowo dan Jokowi memiliki
latar belakang yang sangat berbeda.
Prabowo lahir di keluarga mampu, tentu
dimanja. Sedangkan Joko Widodo lahir di keluarga yang biasa-biasa saja.
Pada akhirnya, ia sukses karena kerja keras, waktu sudah membuktikan
kekuatan mental dari Jokowi. Di dalam perantauan Prabowo di Yordania, ia
pun bersahabat erat dengan pangeran di Yordania.
“Dalam satu kesempatan di Yordania, Raja
Abdullah menyampaikan ingin berdialog dengan ormas Islam di Indonesia.
Itu disampaikan ke Prabowo yang kemudian berdialog dengan PBNU dan
Muhammadiyah. Kedatangan dia ini bukan atas undangan presiden,” jelas
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon kepada wartawan di JCC, Jakarta,
Rabu (26 Februari 2014).
Dengan latar belakang semacam ini, tidak
heran jika Prabowo sangat merasa tersakiti dengan terstruktur,
sistematis, dan masif, akibat kekalahannya di pilpres, oleh seorang
mantan pebisnis mebel, Joko Widodo.
Sekarang kita tahu bahwa ada seorang
tersangka, yang pernah duduk bersama Prabowo, bernama Rizieq Shihab.
Tersangka kasus sex chat harus kabur ke luar Indonesia, karena tekanan
yang dianggap ‘fitnah’ secara sepihak. Mungkin untuk kasus Prabowo,
memang masih abu-abu karena tidak ada penyelidikan tuntas pada saat itu.
Namun sekarang Rizieq sudah jelas-jelas
jadi tersangka kasus pornografi. Masih berani berkata ‘fitnah’?
Pandangan ini sangat merendahkan kinerja pihak kepolisian di dalam
menetapkan status tersangka. Rizieq Syihab juga menyempatkan menghadiri
perkumpulan para habaib di Tarim pada hari kedua Syawal.
Dalam pertemuan itu, kata Kapitra, Rizieq
menyampaikan rasa terima kasih dan kegembiraan berada di kota para wali
dan salaf. Ia menyebutkan di kota itulah akidah, syariat, maupun akhlak
bersumber. Argo Yuwono menuturkan penyidik telah mengantongi cukup alat
bukti terkait penetapan status tersangka tersebut.
Beberapa alat bukti yang dimiliki antara
lain percakapan WhatsApp yang diduga dilakukan Rizieq bersama Firza dan
telepon genggam milik Rizieq.
Jadi melihat kedekatan antara Rizieq dan
Prabowo, tentu kita pun melihat kesamaan mereka. Rizieq ke Arab Saudi
untuk menghindari polisi karena dijadikan tersangka dugaan sex chat.
Prabowo ke Yordania untuk menghindari fitnah dalang 1998. Pantas saja
mereka saling mendukung. Kami rakyat Indonesia menolak untuk lupa. Kami
mengingat sejarah! Sejarah larinya seseorang dari Indonesia, sedang
terulang.
Betul kan yang saya katakan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar