Jumat, 20 September 2013

Juara Piala AFF U-19, Rahasia sukses timnas U-19

 Kunci Kesuksesan Timnas U-19
ANTARA/M Risyal Hidayat
Ditulis oleh: Sirajudin Hasbi


Timnas U-19 berhasil memenangi Piala AFF U-19 setelah mengalahkan Vietnam 7-6 melalui adu penalti. Cara yang sudah sering membuat timnas kita mengubur impian menjadi juara.

Ketika di waktu normal dan perpanjangan waktu timnas gagal mencetak gol sekaligus mampu menjaga gawangnya dengan baik, mau tidak mau pertandingan harus ditentukan dengan adu tendangan penalti. Beban besar langsung menimpa pundak setiap pemain. Bayang-bayang kegagalan seperti timnas U-23 di SEA Games 2011 mulai menggelayut di benak setiap pecinta sepak bola di tanah air.

Faktor Mental Pemain


Adu penalti bak permainan yang sangat mengandalkan keberuntungan. Tidak ada yang bisa menjamin pemain bintang akan mudah menuntaskan tugasnya. Pemain bintang yang dipuja bak pahlawan bisa menjadi pecundang jika gagal menyelesaikan tanggung jawab menuntaskan tendangan penalti. Apalagi kalau akibat kegagalannya timnya kalah.

Andriy Shevchenko pernah gagal di final Liga Champions 2005 saat menghadapi Liverpool. Padahal biasanya dia tajam di depan gawang dan terbiasa mengambil tendangan penalti. Akibat kegagalannya dia dihujat oleh fans AC Milan sebagai biang kegagalan Milan menjuarai Liga Champions.

David Beckham yang dikenal sebagai maestro tendangan bebas pernah pula gagal di adu penalti saat menghadapi Portugal di Piala Eropa 2004. Beckham yang biasanya lihai mengatur bola kala itu sedikit terpeleset hingga membuat bola hasil tendangannya melayang jauh ke angkasa.

Atau salah satu momen penalti yang sulit dilupakan adalah kala John Terry terpeleset di Moscow tahun 2008. Jika Terry bisa mencetak gol, Chelsea bisa jadi juara. Sayang Terry gagal dan adu penalti berlanjut hingga Manchester United keluar sebagai juara Liga Champions 2008.

Di pertandingan final Piala AFF U-19, Evan Dimas menapaktilas apa yang yang menimpa Cristiano Ronaldo di final Liga Champions 2008. Sepanjang turnamen menjadi bintang tim tetapi lantas gagal menuntaskan tendangan penalti.

Evan seperti halnya pemain lain nampak sekali punya beban besar saat harus mengambil tendangan penalti. Evan yang pernah mencetak gol ke gawang Thailand melalui tendangan penalti harus menerima kenyataan dia gagal menjalankan tugas. Kegagalan yang bisa membawa Indonesia kepada kehancuran. Evan yang dipuja sebagai pemain paling penting di timnya bisa saja berubah drastis menjadi pecundang.

Tetapi, Tuhan kali ini sangat baik pada Evan dan timnas. Penendang Vietnam juga mengalami kegagalan hingga lima penendang belum ditemukan pemenangnya. Dalam lanjutan adu tendangan penalti, Ilham Udin Armayn berhasil menjadi penentu kemenangan. Evan pun nampak lega, begitu pula dengan seluruh anggota tim dan suporter Indonesia, baik yang hadir langsung maupun menonton siaran langsung.

Dalam adu penalti memang mental menjadi kunci penting. Penulis sempat ragu dan ingat memori tahun 2011. Pemain nampak terbebani dengan target juara dan tugas mengambil tendangan penalti. Ini terlihat betul di wajah mereka. Saat eksekusi berhasil, pemain langsung melakukan sujud syukur dan lega sekali telah melepaskan beban besarnya.

Ketika akhirnya keluar sebagai juara, faktor mental yang berperan besar. Secara kualitas teknik kita tidak lebih baik daripada Vietnam. Kita bahkan kalah 1-2 di babak penyisihan. Namun, pemain bangkit dan sudah melupakan hasil yang lalu. Pemain bermain bagus sepanjang pertandingan meski gagal melesakkan satu golpun.

Saat adu tendangan penalti, strategi Indra Sjafri layak untuk diapresiasi. Dia menentukan lima penendang pertama dan jika diperlukan tambahan penendang penalti, dia mempersilakan pemain untuk menentukan sendiri. Dia ingin pemain yang siap secara mental yang maju sebagai algojo dan dia enggan memberi beban berlebihan kepada pemainnya.

Strategi yang cukup jitu. Pemain menyelesaikan masalahnya sendiri. Mereka menghadapi tekanan secara bersama-sama. Tidak mudah tentunya bagi mereka, tetapi kebersamaan mereka selama beberapa bulan terakhir ini memperlihatkan bahwa mereka bisa menyelesaikan masalah besar bersama.

Ilham Udin mengakui dia mungkin penyerang yang baik tetapi untuk urusan menendang penalti dia bukan ahlinya. Wajar jika dia tidak dipilih sebagai lima penendang pertama. Tetapi, dia maju untuk menjadi penendang penentu. Penampilan konsisten selama 120 menit tanpa kenal lelah dia tuntaskan dengan lesatan gol ke gawang Vietnam yang memastikan gelar juara untuk Indonesia.

Keberhasilan membangun mental bertandingan tim yang banyak dihuni pemain berusia 18 tahun tidak lepas dari pengembangan mental pemain yang dilakukan oleh tim pelatih. Indra Sjafri dibantu psikolog UGM yang merupakan mental coach untuk pengembangan mental pemain. Ini dilakukan sejak penjaringan pemain, seperti dengan melakukan psikotes. Oleh karenanya tim ini dihuni oleh pemain yang secara mental kuat, tidak cepat menyerah dan mampu menghadapi tekanan.

Ketahanan Fisik


Tidak hanya mental, ketahanan fisik juga jadi kunci penting. Jika fisik pemain sudah terkuras maka sudah biasa pemain akan bertindak ceroboh dengan melakukan pelanggaran tidak perlu. Hal seperti ini umum kita jumpai di liga Indonesia.

Namun, ini tidak terjadi di timnas U-19. Bermain sepanjang 120 menit jelas bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan stamina yang luar biasa untuk konsisten bermain selama dua jam dan masih harus menyiapkan fisik serta mental untuk adu tendangan penalti.

Anak asuh Indra Sjafri ini memang punya fisik mumpuni sehingga tidak masalah timnya harus bermain lama. Ini tidak lepas dari kebijakan tim pelatih yang menerapkan standar tinggi untuk fisik pemain. Setiap pemain diharuskan memiliki VO2Max atau daya tahun di atas rata-rata 55, bahkan ada beberapa pemain yang mencapai 61 dan 62. Jadi jangan heran jika Ilham Udin masih kuat berlari di babak kedua perpanjangan waktu karena fisiknya memang benar-benar prima.

Standar seperti ini dilengkapi dengan sistem pemulihan stamina dan kondisi tubuh pemain setiap habis bertanding dan latihan. Dengan kreoterapi (terapi suhu), luka yang diperoleh pemain saat pertandingan atau latihan bisa lekas sembuh. Ini juga untuk menghindarkan pemain dari cedera.

Dengan kombinasi kualitas teknik, fisik, dan mental yang diatur sedemikian rupa, tim ini rasanya cukup lengkap dan pantas menyandang gelar juara. Tim ini dikelola selayaknya timnas dikelola. Setiap aspek dikerjakan dan dengan proses yang panjang. Tim menjadi kompak, sehat dan punya mental kuat. Jadi, wajar jika tim ini menjadi juara. Semoga Indra Sjafri terus mempertahankan sistem yang sudah baik dan memperbaiki kekurangannya. Semoga cara-cara yang bagus ini diduplikasi di timnas kelompok umur lainnya, bahkan juga layak untuk ditiru oleh timnas U-23 dan timnas senior.
Lewati Drama Adu Penalti

Garuda Muda juara Piala AFF U-19

Anto Kurniawan
Minggu,  22 September 2013  −  23:08 WIB
Garuda Muda juara Piala AFF U-19
Penggawa timnas Indonesia U-19/ Sindo Photo
Sindonews.com - Indonesia sukses meraih gelar juara Piala AFF U-19 untuk pertama kalinya usai mengalahkan Vietnam lewat drama adu penalti 7-6 berkat Ilham Udin Armayn yang menjadi penentu kemenangan. Bermain imbang di 90 menit waktu normal dan tambahan waktu dua kli 15 menit berhasil membuat Indonesia meraih gelar juara.

Bermain di kandang sendiri, Indonesia yang pernah kalah dari Vietnam mencoba bermain hati-hati. Sebelumnya seperti diketahui di penyisihan grup turnamen ini, skuat Garuda Muda takluk setelah dipaksa mengakui keunggulan Vietnam dengan skor 2-1. Pada menit-menit pertama ketegangan terlihat dalam skuad asuhan Indra Sjafri sehing kerap membuat mereka kehilangan bola.

Perlahan tapi pasti skuat Vietnam menekan pertahananIndonesia, sayang spekulasi tendangan jarah jauh mereka masih dapat digagalkan benteng kokoh Garuda Muda. Sementara itu Indonesia mendapatkan peluang emas di menit ke 7, berawal dari serangan yang balik cepat namun sayang tendangan keras Evan Dimas masih melenceng di samping gawang Vietnam.

Kembali Garuda Muda mendapatkan kesempatan bagus jika saja tendangan Hargianto tidak membentur salah seorang pemain Vietnam dan hanya berbuah tendangan penjuru. Skuad Indonesia tidak berhenti sampai disitu, kini kemelut di depan gawang tim tamu membuat Armaiyn yang melihat celah melesatkan tendangan keras. Tapi sayang masih menyamping di sisi kiri gawang yang dijaga Van Truong.

Pada pertengahan babak kedua, skuad Vietnam seperti menemukan performa terbaiknya dan terus mengurung pertahanan Indonesia. Tapi Indonesia juga bukan tanpa leuang ketika Evan Dimas di menit ke 34 nyaris membuka keunggulan, jika saya sodoran bolanya tidak terlalu cepat. Vietnam langsung membalasnya lewat serangan cepat, beruntung Indonesia penjaga gawand seperti Ravi yang berjibaku menyelamatkan gawangnya. Hingga turun minum kedudukan masih imbang tanpa gol.

Memasuki paruh kedua, skuad asuhan Guillaume Grachen terlihat mulai mengubah taktik dengan cenderung lebih bertahan. Hal itu membuat Indonesia tampil tancap gas dengan terus menekan pertahanan tim tamu setelah Evan Dimas melesatkan tendangan kerasnya namun sayang masih jauh dari sasaran Vietnam juga beberapa kali menekan jantung pertahan skuat Garuda Muda beruntung Evan melakukan penyelamatan gemilang. 

Pada pertengahan babak kedua nyaris saja Indonesia membuka keunggulan jika saja umpan silang yang dilesatkan Armaiyn mampu diteruskan namun sayang kembali gagal. Pada menit ke 77 berawal dari kemelut di depan gawang, tendangan penyerang Indonesia masih kerap terbentus barisan pertahan Vietnam.  Kembali Indonesia membahayakan gawang Vietnam, namun sayang spekulasi tendangan Putu Gede masih jauh dari sasaran.

Selanjutnya kedua tim saling tukar beli serangan, namun hingga peluit panjang berbunyi belum ada juga gol yang tercipta 0-0. Kondisi ini membuat laga harus dilanjutkan lewat perpanjangan waktu dua kali 15 menit yang tentunya bakal menyedot fisik kedua tim.

Memasuki perpanjangan waktu Indonesia mendapatkan peluang emas ketika tendangan volleynya masih terlalu lemah. Kembali Garuda Muda membuka peluang ketika tendangan Evan Dimas hanya mampu membahayakan Vietnam. Hingga 15 menit pertama kedudukan masih sama kuat tanpa gol. Memasuki 15 menit kedua, skuat Indonesia kembali menekan meski fisik para pemain terlihat semakin lemah.

Vietnam terus membahayakan gawang Ravi namun hingga babak tambahan usai keduduan masih sama kuat tanpa gol dan membuat laga harus diakhiri lewat drama adu penalti. Eksekutor Indonesia semuanya berhasil melesat tendangan ke gawang Vietnam yang dijaga Van Truong hanya Evan Dimas dan Zulfiandi yang gagal mengeksekusi tendangan dari titik putih. Sedangkan Ilham Udin sebagai eksekutor terakhir sukses membawa Garuda Muda meraih kemenangan dengan skor 7-6 setelah penendang Vietnam gagal.

Susunan pemain kedua tim:

Susunan pemain kedua tim:
Indonesia: Ravi, Putu Gede, Fachtu Rohman, Yama, Sahrul, Evan Dimas, Zulfiandi, Hargianto, Maldini, Muchlis, Ilham Udin

Vietnam : Van Truong, Van Son, Duc Huy, Van Thiet, Dong Trieu, Hong Duy, Xuan Truong, Cong Phuong, Tuan Anh, Van Toan, Thanh TungSenin, 23 September 2013 17:22 WIB
Juara Piala AFF U-19, BTN Perpanjang Kontrak Indra Sjafri
zimbio
Indra Sjafri 
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Tim Nasional (BTN) memperpanjang kontrak pelatih tim nasional Indonesia U-19, Indra Sjafri. Keberhasilan pelatih asal Sumatera Barat membawa skuat ‘Garuda Jaya’ meraih gelar juara Piala AFF U-19 di Jawa Timur pada 2013 membuat dia kembali dipercaya menukangi Evan Dimas dkk.
“Indra Sjafri mampu memenuhi target BTN memboyong trophy AFF U-19. BTN memberikan kepercayaan kepada Indra untuk terus memimpin anak-anak di laga selanjutnya,” ujar Ketua Umum BTN, La Nyalla Mahmud Mattalitti, dalam keterangan tertulis, Senin (23/9/2013).Dalam waktu dekat, Evan Dimas dkk akan menjalani laga selanjutnya di babak kualifikasi Piala Asia U-19 Grup G, dimana Indonesia akan bertemu dengan Korea Selatan, Laos, dan Filipina. Pertandingan dilangsungkan di Jawa Timur pada 8 – 12 Oktober.Apabila berhasil melaju ke putaran final Piala Asia 2014 di Myanmar, menurut La Nyalla, Indra Sjafri akan dipercaya menangani tim sampai SEA Games tahun 2017.“Saya berharap Sea Games 2017, anak-anak ini menjadi skuad inti dan dipimpin oleh Indra Sjafri. Semoga saja,” ujarnya.
Piala AFF U19 , Uji Ketangguhan Benteng Garuda
Jumat, 20 September 2013 09:20 WIB
Indonesia vs Timor Leste: Uji Ketangguhan Benteng Garuda
Surya/Erfan Hazransyah
Pemain Tim Nasional Indonesia, Ilham Udin Armaiyn (tengah) meluapkan kegembiraan bersama rekan-rekannya, Dimas Sumantri (kiri) dan Dinan Yahdian Javier (kanan depan) seusai mencetak gol ke gawang Timnas Malaysia dalam pertandingan kualifikasi Grup B Piala AFF U-19 2013 di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (18/9/2013) malam. Timnas Indonesia lolos ke semifinal sebagai runner-up grup setelah menahan imbang Malaysia dengan skor 1-1. Surya/Erfan Hazransyah 
TRIBUNNEWS.COM – Langkah Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19 untuk mengangkat trofi juara turnamen Piala AFF U-19, tinggal dua langkah lagi. Sore ini, mereka 'menjamu' timnas Timor Leste, di babak semi final Piala AFF U-19, di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur.
Tuan rumah mendapat banyak modal kala menjalani fase empat besar. Kemenangan atas Thailand dan menahan imbang Malaysia, membuat publik kembali bersemangat, setelah sebelumnya sempat khawatir kala takluk di tangan armada Vietnam. Lolos ke babak semi final tak lepas dari performa lini belakang. Tak heran, bersua Tomor Leste, menjadi ujian kesekian kali bagi benteng-benteng Garuda, untuk berjibaku menahan serangan musuh. Beruntung, area karang-karang muda Indonesia diisi pemain yang memiliki kualitas merata. Deretan nama, Dimas Sumantri, Febly Gushendra, Muhammad Fatchurohman, Hansamu Yama Pranata, Mahdi Fahri Albaar, Muhamad Sahrul Kurniawan, dan Putu Gede Juni Antara, menjadi jaminan bagi Pelatih Indra Sjafri bisa memasang siapapun.Hal itu sudah terbukti kemarin, saat menghadapi Malaysia. Absennya dua pemain utama, Sahrul Kurniawan dan Hansamu Yama, mampu diisi dengan baik oleh Mahdi Fahri dan Dimas Sumantri. Dua nama terakhir tak kalah agresif dengan 'pemain inti' yang diganti. "Lini pertahanan memang menjadi perhatian kami. Terutama di level konsentrasi pemain, yang kadang cepat terpecah jika sedang berada di atas angin. Tentu saja itu sisi negatif yang harus secepatnya dihilangkan. Timor Leste punya pemain yang cepat, kreatif dan bertenaga, dan sudah pasti para bek timnas akan bekerja keras," jelas Indra Sjafri.
Dalam perjalanannya di Piala AFF U-19 tersebut, gawang Indonesia telah dibobol sebanyak lima kali. Sementara soal produktivitas gol, tim jadi tim ketiga terbanyak setelah Thailand dan Vietnam."Sekarang kami fokus di pertahanan. Karena sering sekali mereka kehilangan fokus, terlalu terburu-buru dan tegang. Kondisi ini yang harus kami benahi. Karena bagaimanapun kami ingin gawang kami tidak kebobolan lagi," tegas Indra.
Satu hal lain yang menjadi perhatian adalah mental. Ini berkaitan dengan prediksi situasi alias atmosfer laga semi final, yang diyakini lebih banyak penonton. Dia berharap dukungan suporter dapat membantu kepercayaan diri anak asuhnya."Kami mencoba mengatasi masalah mental. Kami menggunakan tim psikolog, agar mereka diberikan jalan keluar untuk mengatasi ketegangan misalnya. Semoga kami bisa mengatasinya dengan cepat, dan tune in ke pertandingan," beber sang arsitek.
Indra mengakui, laga selangkah menuju final, kontra Timor Leste menjadi pertaruhan besar kelayakan Indonesia lolos dari grup maut. Pertaruhan besar itu pun harus diakali dengan membangun benteng pertahanan yang tangguh.
Permainan Timor Leste secara umum sama dengan Thailand dan Malaysia. Begitu dapat bola mereka akan melakukan umpan panjang ke depan. Karena itu, bek-bek Indonesia akan bekerja keras.
"Mereka harus tangguh, terutama dalam duel-duel di udara," ujar seorang staf tim High Performance Unit yang enggan disebutkan namanya kepada Tribun, kemarin.
Menyikapi laga melawan Timor Leste, Pelatih Indra Sjafri kemungkinan akan kembali menurunkan kuartet terbaiknya di lini pertahanan seperti Putu Gede Antara, Hansamu Yama, Sahrul Kurniawan, dan Fatchurohman.
Kembalinya Hansamu dan Fatchurohman, bisa menjadikan benteng pertahanan Indonesia semakin kuat. "Yama merupakan pemain yang paling bagus dalam melakukan heading," kata staf tersebut.
Tandem Yama, Sahrul Kurniawan, menilai pemain yang selama 1,5 tahun terakhir menimba ilmu di Uruguay itu memiliki kemampuan individu dan cara bertahan yang bagus."Dengan posturnya yang tinggi dia bagus dalam duel-duel di udara," kata Sahrul.
Duet Yama-Sahrul bisa disebut sebagai duet yang saling melengkapi. Saat berduet, Yama dan Sahrul kompak dalam membagi tugas. Yama yang berpostur lebih tinggi lebih berperan dalam menghalau bola-bola di udara, sementara Sahrul kebagian menghalau bola-bola bawah. "Ketika dia berada di depan, saya yang menutup, begitu sebaliknya," jelas Sahrul.
Sementara itu Hansamu Yama memandang Sahrul sebagai pemain yang bagus dalam melakukan penutupan terhadap pergerakan lawan. Pemain asal Mojokerto ini merasa tugasnya untuk naik membantu serangan jadi lebih mudah dilakukan karena Sahrul selalu sigap menjaga pertahanan, meski dia mengakui Sahrul masih kurang dalam mengantisipasi long pass dan umpan silang. "Dia bagus dalam melakukan intercept dan duel man to man," tutur Yama, yang merasa masih kurang maksimal saat melakukan intercept.
Kembalinya Fatchurohman juga membuat benteng pertahanan Garuda Muda semakin kuat. Tanpa bermaksud mengucilkan peranan Mahdi Fahri, saat melawan Malaysia pemain Deportivo Indonesia ini tampil kurang memuaskan. "Kelemahan saya adalah kurang bagus dalam menjaga lawan," ungkap Fahri, Tribunnews.com.
"Dia pemain yang sulit dilewati lawan. Dia pun bagus dalam duel-duel di udara, meski posturnya kecil," sambung Fahri soal Fatchurohman.
Sementara itu Putu Gede dapat menjadi pemain multifungsi. Pada turnamen di Hong Kong beberapa waktu lalu, pemain Diklat Ragunan itu merupakan tandem Sahrul di jantung pertahanan sebelum Yama bergabung. Namun selama Piala AFF U-19 Indra Sjafri lebih sering memainkan dia sebagai bek kanan. "Kita harus memastikan Timor Leste tidak melepaskan crossing. Kita harus tekan winger mereka," tegas Putu. (Tribunnews.com/deo)

Tidak ada komentar: