Senin, 05 Mei 2014

Pramono menuturkan: Jokowi pun tetap diprediksikan menang siapa pun cawapresnya.

Senin, 05/05/2014 12:09 WIB, Indah Mutiara Kami - detikNews

PDIP Bantah Elektabilitas Jokowi Turun Karena Konflik Internal

Jakarta - Survei SMRC menyebutkan bahwa elektabilitas capres PDIP Joko Widodo menurun dalam 5 bulan terakhir. Politisi PDIP Pramono Anung membantah bahwa elektabilitas Jokowi dijatuhkan oleh internal PDIP sendiri yang tak menghendaki pencapresan Gubernur DKI ini.

"Tidak, tidak ada (karena internal PDIP). Semata-mata karena kemarin konsentrasi kan masih di Pileg dan sekarang juga Jokowi masih jadi gubernur sehingga eleksibilitasnya berbeda kan," kata Pramono di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (5/5/2014).

Pramono menuturkan bahwa penurunan elektabilitas Jokowi sebenarnya tidak signifikan. Jokowi pun tetap diprediksikan menang siapa pun cawapresnya.

"Itu kan kecil sekali (penurunannya) dan masih dalam margin tapi dikonstruksikan seolah-olah Jokowi turun. Secara keseluruhan, dipasangkan dengan siapa saja tetap Jokowi menang," kata Wakil Ketua DPR ini.

Pramono optimistis elektabilitas Jokowi akan terus naik. Ia melihat bahwa sekarang Jokowi sudah bisa mengatur waktunya dengan baik, salah satunya dengan memanfaatkan akhir minggu untuk mengunjungi sejumlah Ponpes di Jateng dan Jatim.

"Setelah Pemilu Legislatif memang tidak ada gerakan dan sekarang baru mulai. Di Jateng dan Jatim nanti akan ke Sumatera dan Kalimantan. Kecintaan masyarakat ke Jokowi akan meningkat kembali," ucapnya. Dalam survei yang digelar Saiful Mujani Reseach and Consulting (SMRC), tren Jokowi dalam lima bulan terakhir menurun, sementara Prabowo naik.

 "Lima bulan terakhir kami mencatat Jokowi cenderung melemah, Prabowo menguat," ujar peneliti senior SMRC Sirajudin Abas dalam rilis survei SMRC tentang 'Koalisi Untuk Calon Presiden: Elite vs Massa Pemilih Partai' di Hotel Sari Pan Pasific, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (4/5/2014).

Menurut Sirajudin, elektabilitas Jokowi mengalami fluktuasi cukup signifikan. Pada Desember 2013, elektabilitas Jokowi sebesar 51 persen. Namun dua bulan berikutnya, Februari 2014, elektabilitas Jokowi menurun di angka 39 persen. Pada Maret 2014 kembali naik menjadi 52 persen, dan terakhir pasca pileg 9 April elektabilitas Jokowi 47 persen.

Sementara pesaing terketatnya, Prabowo Subianto mengalami kenaikan yang relatif stabil, dari 22 persen di Desember 2013 menjadi 32 persen di April 2014 pasca pileg.

Survei dilakukan pada 20-24 April 2014. Survei ini menggunakan metodologi cluster random sampling dengan teknik wawancara dan tatap muka langsung dengan responden awal berjumlah 2040, namun yang valid dianalisa berjumlah 2015 responden. Margin of error sebesar -/+ 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Quality control sebesar 20 persen dari responden didatangi kembali untuk ditanyakan oleh supervisor (spot chcek). Responden survei adalah warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilu.

Tidak ada komentar: