Senin, 05 Mei 2014

Survei: jokowi masih unggul, Prabowo Bisa Kalahkan Jokowi jika..

Rabu, 04/06/2014 15:48 WIB

Ini Pemicu Elektabilitas Jokowi Kalahkan Prabowo

Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Jakarta - Hasil survei Populi Center menunjukkan bahwa, jika pemilihan presiden dilakukan hari ini maka pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla akan keluar sebagai pemenang. Elektebilitas duet yang diusung PDI Perjuangan, Partai Hanura, Partai NasDem, dan PKB ini mencapai 47,5 persen. Sementara tingkat keterpilihan pasangan Prabowo-Hatta di angka 36,9 persen.

Ketua Populi Center Nico Harjanto mengatakan tingginya elektabilitas Jokowi-JK didukung oleh tingkat kepercayaan masyarakat atas kemampuan pasangan tersebut memimpin Indonesia. Hasil survei Populi menunjukkan bahwa sebanyak 72,5 persen responden menyatakan Jokowi-JK mampu memimpin.

Sementara responden yang percaya Prabowo-Hatta mampu memimpin Indonesia sebesar 69,3 persen. Dari sisi keyakinan pemilih, ada 54,5 persen responden memilih Jokowi-JK, dan 49,2 persen memberikan suara untuk Prabowo-Hatta.

"Pilpres akan berlangsung ketat, karena selisih hanya 5-15 persen," kata Nico kepada wartawan di Jakarta Rabu (4/6/2014).

Kedua pasangan menurut Nico memiliki peluang untuk menang yang sama. Apalagi perbedaan tingkat keterpilihan mereka tidak terlalu jauh.

Kunci kemenangan di pilpres kali ini menurut Nico tergantung dari kepintaran capres dan cawapres menggaet suara pemilih mengambang yang jumlahnya mencapai 15 persen.
Minggu, 4 Mei 2014 | 17:59 WIB
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menghadiri kampanye Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (23/3/2014). Partai Gerindra dari jauh hari sebelumnya telah menetapkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden dalam Pemilu 2014.

JAKARTA, KOMPAS.com
-- Elektabilitas bakal calon presiden Partai Gerindra, Prabowo Subianto, diprediksi bisa menyalip bakal calon presiden PDI-Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi), dalam dua bulan ke depan. Menurut hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Prabowo bisa mengalahkan Jokowi jika Gubernur DKI Jakarta itu salah dalam memilih pasangan dan salah strategi kampanye.

"Kalau dilihat trennya, Jokowi cenderung melemah dan Prabowo menguat. Dua bulan ke depan, Jokowi bisa dikalahkan Prabowo bila salah dalam memilih pasangan dan bila kalah dalam strategi kampanye," kata peneliti SMRC Sirojudin Abbas saat memaparkan hasil survei di Jakarta, Minggu (4/5/2014).

Survei ini dilakukan SMRC pada 20-24 April 2014 dengan metodologi random sampling. Jumlah sampel awal 2.040, tetapi yang valid dianalisis hanya 2.015. Berdasarkan jumlah sampel tersebut, diperkirakan margin of error sebesar 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei ini didanai pihak ketiga, tetapi SMRC enggan menyebutkan namanya.

Menurut hasil survei, bila capres yang maju nanti hanya Jokowi dan Prabowo, untuk sementara elektabilitas Jokowi lebih tinggi sekitar 16 persen lebih tinggi dibandingkan dengan Prabowo. Namun, menurut Sirojudin, posisi Jokowi belum aman jika melihat tren elektabilitasnya yang cenderung turun sepanjang 2014.

Dari hasil survei, elektabilitas Jokowi cenderung turun sejak Desember 2013, Maret 2014, dan April 2014. Sementara elektabilitas Prabowo, menurut survei, terus meningkat dalam periode yang sama.

Sirojudin juga memaparkan sejumlah faktor yang menyebabkan turunnya elektabilitas Jokowi. "Dalam lima bulan terakhir memang menurun, salah satu kemungkinan yang menjelaskan penurunan Jokowi karena popularitas Jokowi sudah habis di 62 persen," katanya.

Setelah popularitas Jokowi menyentuh puncaknya di angka 62 persen, lanjutnya, calon presiden lainnya mulai bekerja dan menawarkan diri sehingga membuat pilihan masyarakat akan capres lebih banyak.

"Orang mulai kenal Jokowi dari kualitas personalnya, skill ekonomi dan lain-lain mulai terlihat, itu memberikan pendidikan yang baik kepada masyarakat bahwa Jokowi bukan satria piningit, dan semakin kenal, orang semakin biasa memandang kepemimpinan Jokowi," tuturnya.

Faktor lain yang memengaruhi turunnya elektabilitas Jokowi, menurut Sirojudin, adalah kurang bulatnya dukungan PDI-P terhadap Gubernur DKI Jakarta itu. Dia menyebut PDI-P tidak membuat acara yang luar biasa ketika mengumumkan Jokowi sebagai calon presiden yang bakal diusung partai berlambang banteng tersebut.

"Ditambah iklan menjelang pemilu yang keluar hanya Puan dan Mega. Jokowi enggak dikasih porsi. Itu juga salah satu yang membuat masyarakat realistis melihat Jokowi yang membuat elektabilitas menurun," kata Sirojudin.

Selain itu, dia menilai dominasi peran Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri cukup membuat simpati masyarakat menurun. Apalagi dengan wacana yang muncul belakangan ini yang menyebutkan pemilihan bakal calon wakil presiden Jokowi harus melalui restu Megawati.

"Kini suara di sini mulai dibeli masyarakat, ditambah serangan Gerindra, Jokowi boneka Bu Mega, itu tergantung Jokowi dengan tim kemudian mulai memoles Jokowi sebagai figur sentral," ucapnya.

Mengenai bakal cawapres, hasil survei SMRC menunjukkan bahwa mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Menteri BUMN Dahlan Iskan bisa membuka peluang lebih baik bagi Jokowi untuk mengalahkan Prabowo.

Sementara tokoh lainnya yang disebut-sebut sebagai bakal calon wakil presiden, yakni Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, disebut kurang kuat efeknya dalam meningkatkan elektabilitas Jokowi. Tokoh lainnya, mantan KSAD Ryamizard Ryacudu, malah dinilai menurunkan elektabilitas Jokowi.

Tidak ada komentar: