Selasa, 01 April 2014

Prabowo: Kok Saya Disepelekan

Senin, 31/03/2014 14:32 WIB

Deden Gunawan - detikNews
Jakarta - Prabowo Subianto sangat kecewa perjanjian Batu Tulis, yang isinya Megawati akan mendukung Prabowo menjadi calon presiden untuk pemilu presiden 2014, batal. Ia merasa disepelekan karena Mega tidak pernah mengajaknya berbicara untuk membatalkan perjanjian tersebut.

Mbok ya dipanggil. Diajak kopi-kopi. Saya sih itu saja. Kok saya disepelekan, seperti dianggap tidak ada,” ujar calon presiden dari Partai Gerindra itu dalam fokus majalah detik edisi 122.

Prabowo juga memendam kekecewaan terhadap Joko Widodo, yang dipilih PDIP menjadi calon presiden. Mengapa? Berikut ini wawancara Deden Gunawan dari majalah detik dengan Prabowo Subianto.

Bisa Anda ceritakan proses penandatanganan perjanjian Batu Tulis pada 19 Mei 2009? Memang ini menjadi pertanyaan di mana-mana. Saya sudah coba memberi penjelasan. Prosesnya, waktu 2009, PDIP kalau tidak salah dapat hasilnya sekitar 16 persen. Nah, kita 4,9 persen. Jadi mereka tidak bisa mencalonkan (presiden) sendiri. Sedangkan partai lain sudah bergabung dengan Golkar atau dengan Demokrat. Tinggal PDIP, PDIP tidak bisa mencalonkan presiden. Saya juga tidak bisa mencalonkan karena Gerindra jauh di bawah.

Waktu itu, di sejumlah polling, elektabilitas saya di atas Ibu Mega. Elektabilitas saya bahkan di atas Pak Jusuf Kalla. Yang bisa imbangi Pak SBY waktu itu adalah saya, tetapi partai saya terlalu baru, terlalu kecil. Jadi saya kena (presidential) threshold 20 persen.

Nah, waktu itu tokoh-tokoh PDIP minta saya jadi wakil Ibu Mega. Banyak kalangan saya sebetulnya tidak setuju. Saya waktu itu juga agak enggan. Saya sampaikan karena hormat saya kepada Ibu Mega, bahwa saya hormat terhadap PDIP. Karena ideologi saya sebenarnya sama, kebangsaan, nasionalisme, Pancasila, saya menawarkan, kami siap memberikan kursi kami. Ikhlas kami berikan tanpa minta apa-apa. Kami tidak minta apa-apa, jabatan kami tidak minta. Kami berikan supaya beliau bisa mengajukan calon.

Terus, mereka minta dan berharap saya menjadi wakil Ibu Mega. Akhirnya, melalui perundingan yang alot, sampailah pada suatu persetujuan. Saya bersedia jadi wakil beliau, dengan catatan pada 2014 beliau akan mendukung saya. PDIP akan mendukung saya. Ya, itu adalah suatu perjanjian politik. Saya berkorban pada 2008, 2009, ya kami mohon dengan kebesaran jiwa untuk mendukung saya. Tertuanglah pada perjanjian sekian butir itu, itu yang disebut dengan perjanjian Batu Tulis.
 Perundingannya di Batu Tulis, tetapi tanda tangannya setelah ada persetujuan, kami semua ke (Jalan) Teuku Umar. Kami tanda tangan di Teuku Umar. Jadi itu sebetulnya, kalau mau korek, perjanjiannya di Teuku Umar. Hanya perundingannya yang di Batu Tulis. Alot, sampai malam.

Wawancara selengkapnya bisa dibaca GRATIS di edisi terbaru Majalah Detik (edisi 122, 31 Maret 2014). Edisi ini mengupas tuntas “Pembalasan Prabowo. Juga ikuti artikel lainnya yang tidak kalah menarik, seperti rubrik Nasional “Tenggat Diyat Satinah, Internasional Malaysia Airlines “MH-370 Masih Gelap, Kerabat Kalap, Bisnis “Meraup Rezeki Iklan Pemilu”, Gaya Hidup Bahaya Threesome”, rubrik Seni Hiburan dan review Film The Raid 2, serta masih banyak artikel menarik lainnya.

Untuk aplikasinya bisa di-download di apps.detik.com dan versi pdf bisa di-download di www.majalahdetik.com. Gratis, selamat menikmati!!

Tidak ada komentar: